Oleh: Lil Seven
Segera Melissa menggelengkan kepala, menolak dengan tegas idenya tersebut.
“Tidak! Aku tak mau melakukannya lagi di dalam mobil, Sayang. Punggungku sakit,” jawab Melissa dengan mata berkaca-kaca.
Sebenarnya itu bukanlah alasan yang sebenarnya, tapi Melissa benar-benar khawatir saat melakukan di ronde kedua, ada orang lewat dan menegur mereka.
Itu adalah hal yang memalukan!
“Oh, jadi kalau kita sampai rumah, apakah itu artinya ada ronde kedua, Sayang?”
Darren tak pernah puas jika hanya satu ronde, bermain bersama istrinya yang cantik adalah hiburan yang menyenangkan baginya.
Namun, lagi-lagi Melissa menggeleng.
“Kau harus pergi ke kantor, Sayangku. Nanti malam mintalah lagi, aku akan sukarela menyerahkan tubuh ini padamu,” ucapnya, dengan gelengan tegas.
Mau tak mau Darren mengangguk karena istrinya itu benar, dia harus pergi bekerja sekarang.
Toh dia bilang nanti malam akan bersedia dia apakan saja, jadi bersabar sedikit sepertinya bukan hal buruk.
“Baiklah. Kupegang janjimu ini, Sayang. Tunggu aku pulang dan dandanlah yang cantik, mengerti?”
***
Sejatinya, Melissa adalah seorang gadis muda yang polos dan belum berpengalaman soal cinta.
Jadi, saat suaminya tersebut berkata bahwa dia menagih ronde kedua nanti malam sepulang dirinya bekerja, Melissa benar-benar menepati janjinya.
Darren akhirnya mengantar Melissa pulang sebelum kemudian dirinya sendiri berangkat ke kantor.
Di rumah, Melissa menatap barang belanjaan yang menggunung dengan nominal yang mungkin memerlukan puluhan kali gajinya saat menjadi office girl tersebut dengan hati berbunga-bunga.
Kini dia tahu apa maksud orang-orang tua zaman dulu yang mengatakan, menikahlah dengan pria kaya maka kamu akan bahagia.
Ternyata ucapan itu bukanlah omong kosong belaka, meski mereka hanya menikah kontrak dan tanpa ada cinta, tapi dibelikan barang-barang mewah seperti ini sangat menyenangkan.
Melissa benar-benar tak paham dengan isi novel yang menitikberatkan pada penderitaan istri yang dinikahi secara kontrak, di mana sebelumnya sang wanita adalah perempuan yang tak punya apa-apa dan perlu uang banyak.
Harusnya itu dipenuhi kebahagiaan, bukan? Cerita akan berbeda kalau sang istri kontrak menaruh hati pada suaminya.
Maka itulah kenapa isi cerita hanya berisi penderitaan.
Tak mau mengalami nasib Alice seperti di dalam novel, Melissa memutuskan untuk menjalani pernikahan ini dengan sangat profesional dan berjanji untuk tidak jatuh cinta kepada Darren, meski suaminya tersebut tipe pria yang sangat susah untuk membuat seseorang tak jatuh hati padanya karena ketampanan yang dimiliki oleh pria tersebut.
Tak terasa waktu sudah sore hari, Melissa yang yakin bahwa Darren akan pulang cepat malam ini, mulai melakukan perawatan agar bisa melayani suaminya tersebut dengan sangat maksimal.
Satu minggu lebih berada di tubuh Alice sebagai istri Darren, Melissa mencatat satu fakta penting, bahwa Darren adalah seorang pria yang sangat perkasa dengan nafsu yang luar biasa.
Dia tak cukup keluar sekali dalam satu kali bercinta, Darren baru puas jika sudah keluar berkali-kali dan tubuh istrinya kelelahan bahkan pingsan, seakan ada kepuasan tersendiri bagi pria itu tiap kali berhasil menumbangkan istrinya.
Karena itu, Melissa Berjanji akan benar-benar memuaskannya malam ini, sampai pria itu yang tumbang lebih dulu dan tak bisa menghajar tubuh bagian bawahnya lagi dengan barangnya yang keras itu.
Melissa mencabuti semua bulu-bulu di badannya, melakukan pemijatan yang dibantu oleh para pembantu dan meluluri tubuhnya sampai setiap inci tubuhnya mengeluarkan aroma harum yang menyenangkan.
Para pembantu begitu antusias merawat tubuh Melissa karena mereka tahu betapa panasnya hubungan suami istri baru ini, dan mereka langsung tahu dari apa yang dilakukan oleh Melissa sore itu, bahwa nanti malam akan ada ‘pertempuran’ hebat di dalam kamar sang Tuan Muda mereka.
Melissa menunggu dengan tenang kepulangan Darren suaminya, dia sudah siap dengan gaun tidur tipis yang lembut di kulit untuk memudahkan Darren menggerayangi tubuhnya begitu pulang kantor nanti.
Melissa benar-benar tak sabar untuk melihat bagaimana binar di wajah Darren saat melihat dirinya siap untuk digagahi pria tersebut.
Namun, sampai waktu pulang kantor terlewat, tak ada tanda-tanda Darren akan pulang.
Melissa mulai cemas, Darren adalah pria yang menepati janji dan jika ada apa-apa dia pasti mengabari untuk membatalkan janji.
Kenapa sekarang tak ada pesan apa pun darinya?
Melissa juga merasa canggung untuk menghubungi lebih dulu, hubungan mereka tak sedekat itu sampai Melissa merasa nyaman untuk saling mengirim pesan meski Darren suaminya.
Melissa ingat dengan jelas kalau Darren menikahi Alice karena hanya mengharapkan warisan dari keluarga Darren jika pria itu mau menikah dan menghasilkan anak.
Karena itu Melissa menahan diri untuk mengirim pesan dan bertanya kenapa suaminya pulang terlambat.
Lama menunggu, membuat Melissa terkantuk-kantuk.
Dia memutuskan menunggu Darren di sofa ruang tamu karena menghawatirkan keadaan Darren yang tak kunjung pulang meski sudah hampir tengah malam.
Melissa duduk di sofa ruang tamu sambil terkantuk-kantuk, lalu saat dia hampir tertidur, dirinya mendengar suara bel rumahnya.
Seorang pembantu dengan sigap membukakan pintu, Melissa bangun dari duduknya dan berjalan ke arah pintu karena mengira bahwa Darren akhirnya pulang.
Namun, apa yang dilihatnya di depan pintu benar-benar membuat dirinya tercengang.
Darren, suaminya tersebut terlihat dipapah oleh Rania, pacarnya.
Darren terlihat tak sadarkan diri karena sepertinya mabuk berat.
Beberapa pembantu segera menggantikan Rania memapah Darren.
Sementara Rania yang melihat Melissa, tersenyum pongah.
“Di mana kamar Darren?”
Dia bertanya dengan tak tahu malunya, membuat para pembantu tercengang dengan betapa lancangnya wanita itu.
“Untuk apa kau bertanya?”
Melissa bertanya dengan bibir terkatup, sedangkan Rania malah mengangkat dagunya dengan ekspresi angkuh.
“Untuk apalagi? Tentu saja membawa dia ke kamar dan tidur bersamanya,” jawabnya dengan tatapan meremehkan ke arah Melissa.
Seperti seorang nyonya rumah ini, Rania memerintahkan para pembantu untuk membawa Darren ke kamar.
Pembantu-pembantu tersebut melirik Melissa, seakan meminta jawaban, dan Melissa mengangguk.
“Untunglah kau masih sadar diri,” ketus Rania, selepas kepergian para pembantu rumah ini membawa Darren naik ke atas.
“Bagaimana pun juga, kau di sini itu bukan siapa-siapa karena nyonya rumah ini sebenarnya aku, kau harus ingat bahwa kedudukanmu di sini hanyalah seorang istri kontrak,” lanjut Rania dengan ekspresi mencemooh.
Melissa hanya menarik napas panjang dan memilih tak meladeni ucapan wanita yang menjadi kekasih suaminya tersebut.
“Dan karena aku calon nyonya rumah ini, aku yang lebih berhak tidur di kamar Darren.”
Rania berkata lagi dengan pongah, hendak berjalan menyusul Darren ke kamarnya.
“Tapi … itu kamarku juga, karena kami—”
Melissa tak jadi melanjutkan ucapannya saat dipelototi oleh Rania.
“Hei, istri kontrak. Jangan ngelunjak, ya! Orang yang disukai Darren itu aku, jadi kalau aku ada di rumah ini maka akulah yang pantas berada di kamarnya. Kamu sana tidur di kamar tamu sana!”
Melissa akhirnya hanya mengangguk dan menatap nelangsa saat Rania masuk ke dalam kamar Darren yang harusnya itu adalah tempat tidurnya.
Lunglai, Melissa berjalan ke kamar tamu dan masuk ke sana untuk membaringkan badannya.
Rania benar, dia harusnya sadar akan posisinya, tapi kenapa rasanya sakit melihat suamia sendiri tidur dengan wanita lain di kamar pengantin mereka?
Melissa menjadi seseorang paling menyedihkan di dunia.
Harga dirinya sebagai istri hancur, tapi sedetik kemudian dia tertawa karena berpikir seperti itu.
Harga diri? Dia sudah kehilangan itu saat menerima takdir menjadi istri kontrak, jadi kenapa dia malah sakit hati sekarang.
“Kamu bodoh. Jangan sakit hati, dia pacar Darren jadi berhak melakukan itu dan tidur di kamar Darren. Kamu ini siapa? Cuma istri yang dinikahi untuk melahirkan anak. Jangan mengharapkan hal lebih.”
Melissa memukul pelan pipinya sendiri agar sadar pada kenyataan.
Namun, air matanya meleleh ke pipi tanpa henti.
Inikah rasanya dikhianati?
Dia sudah bersiap sebaik mungkin untuk melayani Darren dengan baik, tapi suaminya itu malah pulang tengah malam bersama perempuan lain.
Selama tinggal di dunia novel, ini pertama kalinya Melissa merasakan sebuah kekecewaan.
Melissa terus menangis untuk meredakan sesak di dadanya, sampai tertidur karena kelelahan.