Oleh: Alya Feliz
“Sof, kakiku bisa digerakkan!” seru Luna antusias dengan hati terasa penuh.
Rasanya dia ingin melompat-lompat saking senangnya karena akhirnya bisa menggerakkan kakinya dalam keadaan berdiri. Luna mencoba mengangkat kaki kanannya ke depan hingga menghasilkan satu langkah.
“Bagus! Kesabaran kamu membuahkan hasil, Lun!” sahut Sofia dengan senyum lebar. “Ayo, satu langkah lagi. Kamu pasti bisa.”
Luna berpegangan pada kedua tangan Sofia, sahabat sejak kecil yang kini masih kuliah di kedokteran semester empat. Kaki kirinya kembali melangkah dengan sangat perlahan, dan akhirnya berhasil.“Sof,” panggil Luna dengan suara bergetar dan kedua mata berkaca-kaca saking bahagianya. “Sof, makasih banyak udah mau bersabar membantu aku.”
Luna memeluk sahabatnya sambil menangis tersedu-sedu karena bahagia. Tidak ada lagi orang yang bisa dia jadikan sebagai sandaran selain wanita dalam pelukannya ini setelah ayahnya meninggal karena ditabrak oleh Kalingga, laki-laki yang kini menjadi suaminya.
“Kamu ini kayak sama siapa aja sih? Kamu itu prioritasku,” sahut Sofia sambil ikut menangis.
Unduh aplikasi untuk lanjut membaca
