Oleh: Ainin
Suara pintu hari itu terdengar samar, membuat seorang gadis yang sedang membersihkan rumah bergerak cepat ke arah pintu.
“Apakah Mr. Dean sudah pulang? Kenapa malam sekali?”
Langkahnya terayun seraya menatap jam yang sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Dibukanya pintu, bersamaan dengan rasa terkejut ketika tubuh itu langsung menyambarnya dengan gerakan terhuyung.
“Mister …” Kannaya, gadis itu terperanjak ketika tubuh kokoh suaminya ambruk dan membuatnya jatuh ke atas lantai.
Ringisan pelan terdengar dengan rasa kagetnya yang semakin menjadi ketika merasakan napas suaminya memburu dengan aroma alkohol yang terasa kuat.
“Sayang …” bisik pria itu dengan tangan kekarnya yang bergerak dominan mendekap tubuhnya.
Seketika saja keringat membanjiri tubuh Kannaya kala mendengar suara suaminya yang serak basah. Dia merasa tubuhnya menegang ketika tangan suaminya yang selama ini suci tak tersentuh olehnya itu mulai menjamah bagian tubuhnya.
“Mister …”
“Sssttt.” Dean lebih dulu berbisik, wajahnya tampak memerah dengan tatapan yang semakin bernafsu kala menghimpit tubuh istrinya di bawah tubuhnya. “I want you, Baby!”
Dalam sekejap dia sudah bangkit dan melangkah ke arah pintu. Dikuncinya pintu itu dengan tatapan yang semakin tak fokus sebelum tersenyum samar dan berbalik.
Dia menemukan istrinya yang selama ini tak berani melakukan apapun padanya sedang berusaha bangkit dan mengesot menjauh. Kannaya Frastyna, gadis yang merupakan mahasiswa dibawah didikannya, gadis yatim piatu yang dia nikah secara paksa karena ganti rugi.
Ya, ganti rugi. Dean adalah seorang pria sukses didalam bisnis properti dan juga teknologi yang berkembang pesat dikota metropolitan ini. Menyamar sebagai dosen untuk mengurangi kebosanannya akan kekayaan yang dia miliki menjadi pilihan ketika dia merasa semakin bosan hidup dalam keadaan yang begitu terus setiap hari.
Semenjak kematian kakaknya, Dean tak pernah mengalami hal yang menarik dan tak pernah melakukan hal yang bahagia. Dia menjadi orang tertutup, introvert dan juga angkuh tak tersentuh.
“Mr. Dean …”
Kannaya tampak panik ketika suami sekaligus dosen, atasan dan juga majikannya itu bergerak dengan mabuk ke arahnya. Namun terlambat, dia kalah cepat hingga akhirnya tertangkap dan dengan cepat Dean menghimpitnya di antara dinding.
“Mr. …” Kannaya panik, dia bergerak melepaskan diri tapi Dean dengan tubuh tegapnya dengan cepat menahan semua pergerakannya. “Mister, apa yang akan kamu lakukan?” tanyanya panik membuat Dean tampak tersenyum dalam keadaan mabuknya.
“Kau cantik sekali, Sayang …”
Kannaya menggeleng, mencoba bicara untuk menyadarkan suaminya tapi pria itu lebih dulu membungkam bibirnya yang tipis dan melumatnya dengan kasar dan bernafsu. Kannaya sampai tercengang, tubuhnya melemas tapi Dean malah menariknya hingga melekat dengan sempurna di tubuhnya yang kuat.
Kecapan itu berlangsung beberapa menit. Setelah puas melumat bibir ranum itu, Dean menghimpitnya mengarahkan bibirnya ke leher sang istri. Dia menciumi dan menggigit kulit Kannaya yang berkeringat.
Kannaya menggigit bibirnya dalam, merasa kalau dirinya akan hancur karena semakin terhimpit. Dia mencengkram lengan kokoh suaminya yang sudah semakin bernafsu. Bahkan pria itu sudah akan mengoyakkan pakaian yang dikenakannya.
“Mister … apa yang Mister lakukan?! Kita akan bercerai tidak sampai satu tahun lagi, kenapa Mister lakukan ini? Ini diluar kesepakatan!” Kannaya berkata setelah mengumpulkan segala keberaniannya.
Selama tiga bulan ini dia sangat takut pada Dean, pria yang menikahinya secara paksa, yang menjadikannya sebagai pelayan dan juga Dean mengubah statusnya hanya karena agar Kannaya tidak melarikan diri kala sudah resmi mengganti rugi atas kecerobohonnya.
Apa yang Kannaya lakukan? Hanya tanpa sengaja membuat robek sebuah jas mahal milik Dean ketika sengaja mengajar. Kannaya tak tahu harganya berapa dan dia juga tak sengaja melakukannya karena dia terjatuh akibat di dorong temannya. Hal sesepele itu membuatnya harus mengganti rugi dan karena dia tak punya uang maka Dean dengan kejam memaksanya menjadi pembantu di apartemen pria ini selama empat belas bulan.
Cerai …
Ya, mereka akan bercerai kurang lebih sebelah bulan lagi dan selama tiga bulan terakhir Kannaya benar-benar tak bisa melakukan apapun, selalu salah dan selalu di marah bahkan tanpa dia tahu apa kesalahannya.
Tubuh Dean agak menegang mendengar suara dan ucapan Kannaya. Wajahnya yang tampak berpeluh dengan hasrat yang memenuhi jiwanya membuat Kannaya ketakutan sendiri karena tatapan tajam pria itu.
“Mister … aku tidak bisa melakukannya, jangan …” Kannaya berkata seraya menggerakkan tangannya hingga mampu menyentuh wajah pria yang tak lain adalah suaminya.
Untuk pertama kalinya dia bisa menyentuh wajah itu tanpa ada perlawanan. Karena Dean dalam keadaan mabuk dan terlihat seperti tak mampu mengendalikan dirinya.
“Mr. Dean …” panggilnya lagi membuat Dean tampak menggerakkan tangannya dan meraih tangan Kannaya. “Mister, kamu harus sadar! Jangan melakukan ini padaku!”
Dean malah menyeringai, lalu meraih tangan Kannaya yang sedang memegang wajahnya. Diletakkannya tangan gadis di lehernya, lalu mengangkat bokong istrinya hingga masuk ke dalam gendongannya.
“Mister!” Kannaya panik, ketika dia tak mencecah lantai. “Apa yang akan Mister-”
“Kau adalah milikku!”
Usai mengatakannya, Dean melangkah ke arah tangga apartemen yang langsung mengantarkannya ke lantai atas.
“Mister-”
Dean membungkam bibirnya yang baru akan bersuara, memangutnya dalam dan menekan bokong serta tengkuk istrinya agar tak melawan. Kannaya sampai memberontak tapi tubuhnya yang kecil itu tak bisa melawan tubuh suaminya yang tegap paripurna.
Bahkan sekedar melepaskan ciuman Dean saja dia tak mampu. Rasanya seluruh tubuhnya seakan kehilangan sel dan sendi, sampai dia tak bisa bergerak akibat apa yang sudah terjadi.
Pintu kamar terdengar dihempaskan dengan kencang, jantung Kannaya sampai mau lepas akibat ulah pria yang tak lain adalah suaminya itu. Suami di atas perjanjian ganti rugi. Bahkan Kannaya tak tahu apa statusnya saat ini, entah istri entah juga sebagai seorang yang harus bertanggung jawab untuk ganti rugi.
“Mister!” Kannaya yang diletakkan di atas ranjang pria itu untuk yang pertama kalinya dengan cepat bergerak mundur.
Dean tampak tersenyum licik dan menarik kaki Kannaya ke dekatnya. Hal itu membuat sang istri jatuh lagi dan telentang di atas ranjang sang suami.
“Mister! Jangan lakukan ini!” Kannaya berupaya untuk menjauhkan tubuh suaminya agar tak menimpa padanya, dengan sekuat tenaga dia mendorong suaminya tapi tenaganya tetap tak ada artinya.
Hal itu membuat air matanya keluar, dia menangis ketakutan kala merasakan sentuhan dan perlakuan suaminya yang semakin diluar batasan.
Tidak! Selama ini Kannaya tak pernah mau diperlakukan layaknya istri sungguhan oleh Dean. Dia sadar dia siapa, hingga takkan mungkin mengharap cinta dari pria yang bahkan tak menginginkannya. Semua ini adalah hal yang sangat membingungkan.
Bagaimana nanti setelah sang suami sadar dari mabuknya? Bagaimana nanti setelah ini? Bagaimana nanti saat sudah di universitas? Bagaimana selanjutnya hubungan mereka?
Itulah tangisan yang dijatuhkan Kannaya, ditengah suara napas terengah dan desahan yang sama-sama berebutan keluar dari mulutnya.