Oleh: Roffiey
Agustus telah berlalu sepekan, itu artinya musim panas di Jepang hanya tersisa satu bulan. Cuaca lumayan terik hari ini, Eiko yang baru saja keluar dari gedung kantornya hendak menyebrang.
“Wiuu … Wiuu … Wiuu …” Di saat yang sama, suara sirene ambulan terdengar kencang dari persimpangan jalan, yang entah kenapa membuat telinga Eiko seketika berdenging hebat. Reflek kedua tangannya berusaha menutup lubang telinga, berharap dengingan itu bisa mereda. Namun yang terjadi justru sebaliknya
Dengingan itu menjalar hingga ke otak Eiko, membuatnya merasakan sakit yang luar biasa. Tak tahu apa sebabnya tapi pusat perintah di kepalanya itu serasa ingin meledak. Pandangan Eiko jadi nanar, semua yang dia lihat tampak berkabut sembari berputar-putar. Sakit yang teramat sakit sampai bibir Eiko mengeluarkan ringisan.
Namun sayang, tak seorang pun yang memperhatikan sebab di saat yang sama ada kejadian yang lebih menyita perhatian. Mobil ambulance yang bersirine kencang tadi tiba-tiba saja mengalami kecelakaan. Bertabrakan dengan sebuah mobil bak dari arah berlawanan.
Empat orang tewas di tempat dan dua sisanya dalam keadaan kritis. Darah berceceran di jalanan. Orang-orang yang melihat berteriak histeris. Mobil yang seharusnya menyelamatkan pasien justru memakan korban.
Sementara Eiko ditempatnya berdiri hampir saja limbung. Beruntung sebuah tiang lampu di pinggir jalan menahan tubuhnya. Belum ada seorang pun yang memperhatikan keadaan Eiko. Semua orang fokus pada kecelakaan yang terjadi.Bertumpu di tiang itu beberapa menit, sakit di kepala Eiko mulai mereda. Samar-samar dia mulai bisa melihat orang-orang yang berkerumun.
‘A-apa yang terjadi?’ tanyanya dalam hati.
Unduh aplikasi untuk lanjut membaca
