Oleh: Ayang WahyuApril
Nara duduk di meja belajarnya, memandangi peta tua yang tergeletak di depan matanya.
“Apa ini?” gumam Nara pelan, mencoba membaca tulisan yang hampir tak terbaca di peta tersebut.
Matanya tertuju pada sebuah gambar hutan besar dengan pohon-pohon tinggi yang seolah bergerak. Di tengah peta itu, ada sebuah titik bercahaya. Di bawahnya tertulis kata-kata dalam huruf kuno: “Hutan Ajaib, tempat keajaiban dan bahaya bertemu.”
Tiba-tiba, suara langkah kaki dari belakang membuat Nara terlonjak. Ia berbalik cepat, mendapati Kina, sahabatnya yang selalu menemani petualangan-petualangannya, berdiri di ambang pintu.
“Ada apa? Kamu terlihat serius sekali,” kata Kina sambil melangkah masuk, membawa secangkir teh panas.
Nara menghela napas panjang, mencoba menyembunyikan kecemasannya. “Aku menemukan sesuatu yang aneh, Kina. Lihat ini.” Ia menunjuk peta di meja.
Kina mendekat dan menatap peta itu dengan serius. “Hutan Ajaib … Itu terdengar seperti legenda yang sering diceritakan oleh nenekku. Tapi, kenapa bisa ada peta seperti ini di sini?”
Nara menatap peta itu lagi, merasakan ada sesuatu yang tidak biasa. “Entahlah … tapi aku merasa ada yang menghubungkan kita dengan tempat ini. Lihat titik ini.” Ia menunjukkan titik bercahaya di tengah hutan tersebut.
Kina mengernyit, tak yakin. “Titik itu? Apa yang ada di sana, Nara? Sepertinya itu … bisa jadi sesuatu yang berbahaya.”Nara tersenyum kecil. “Itulah yang membuatku tertarik. Kita harus mencari tahu.”
Kina menarik napas dalam-dalam, melihat ekspresi penuh semangat pada wajah Nara. “Tapi ini tidak seperti petualangan biasa. Hutan Ajaib? Benarkah kamu serius?”
Nara mengangguk tegas. “Aku tidak bisa menahan rasa penasaranku, Kina. Kita harus pergi.”
Kina merunduk sedikit, merasakan ketegangan di udara. “Kalau begitu, kita harus bersiap. Petualangan ini pasti bukan sesuatu yang mudah.”
Unduh aplikasi untuk lanjut membaca
