Oleh: Tintacerita
Bab 1 Wanita penggoda
21+
Cerita ini mengandung konten Dewasa yang memerlukan kebijakan dalam mengambil sikap dari pembaca.
“Tuan, ingin tidur dengan saya?”
Jay tidak pernah mengira bahwa pernyataan itu akan bisa merubah hidupnya, gadis cantik berambut panjang bergelombang berwarna coklat pekat, memiliki wajah oval bermata indah yang tajam dan hidung mancung, dengan bibir tipis miliknya.
Gaun merah yang ia kenakan, sanggatlah menggoda tapi itu tidak berlaku untuk laki-laki yang ia coba dekati.
“Apa yang kamu inginkan sebagai imbalan?” tanya Arson.
“Uang!” Terdengar lantang saat Jay, memberi tahu keinginannya.
Laki-laki itu menarik kedua ujung bibirnya, lalu menunjukkan senyum tipis mengandung banyak arti.
“Berapa yang kamu inginkan?” tanya Arson, tatapannya menajam membuat Jay menjadi ragu karena merasa terintimidasi oleh tatapannya.
“Lima ratus juta dolar …”
Di balik mata yang tajam terlihat sedikit keraguan yang coba ia sembunyikan, karena dia tidak mengetahui lelaki macam apa yang akan bermain dengannya di atas kasur.
Hanya karena sejumlah uang yang cukup besar, Ia rela menawarkan dirinya.
—–
Debaran jantung yang terpacu, saat ia melangkah keluar dari pintu kamar mandi. Berkali-kali ia meyakinkan hatinya bahwa dia tidak bisa mundur.
~ “Kak Jay, aku ingin hidup lebih lama …”
“Aku akan mengabulkannya, Jane. Setelah ini aku bisa membayar uang untuk pendonoran ginjal, agar kamu bisa hidup normal,” guma Jay .
Ya … Gadis itu terpaksa menjual diri demi adiknya agar bisa hidup lebih lama, karena hanya dialah yang di miliki oleh Jay setelah di tinggalkan begitu saja oleh ayahnya.
“Jangan biarkan satu orangpun menganggukku!”
Seketika Jay tersadar dari lamunannya, saat mendengar suara Arson yang unik saat berbicara di telepon dengan seseorang, Suara yang berat, dan menggelegar seperti suara petir membuat nyali Lawa bicaranya akan menciut.
Lelaki bertubuh kekar yang sedang menatap keluar jendela full kaca dengan cerutu mahal di tangannya.
“T—tuan ..”
Tatapannya terus terfokus kepada Jay, kepulan asap cerutu mahal yang keluar dari mulutnya memberikan kesan sensual.
“Mendekatlah …,” titah Arson.
Jay mengambil langkah maju tanpa keraguan, ia memiliki keyakinan bahwa yang telah di pustakanya adalah sesuatu yang tepat.
‘Sungguh gil4 laki-laki ini, ia memiliki tubuh yang kekar dengan perut d4d4 berototnya ia tanpa malu menujukan itu kepadaku. Wanita yang baru ia kenal.’
Setelah puas bermain dengan jemarinya, Arson berjalan ke arah meja mengambil tisu untuk membersihkan cairan yang keluar dari milik Jay di tangannya.
“Lepaskan, lalu naik ke atas kasur!” titah Arson.
“T__tapi, bisakah kita mematikan lampunya?”
Arson meniupkan kepulauan asap ke wajah Jay, lalu menjulurkan tangannya membelai belahan d4d4 milik Jay. Kepulauan asap yang di hembuskan melambung ke arah wajah Jay.
Jay semakin di buat mabuk, meski dia tidak meminum alkohol tapi dengan menghirup asap cerutu saja membuatnya kehilangan fokus.
“Apa kamu menyesalinya?” Tanya Arson, ia duduk di samping ranjang menatap lurus ke arah jaya yang berdiri tidak jauh darinya.
“Tentu saja tidak!” sangkal Jay, “Tapi saya bingung dengan apa yang harus saya perbuat …”
“Mendekatlah …”
“T__tunggu.” Jay sangat ingin mematikan lampu, tapi Arson tidak memedulikannya.
“Ada apa?”
“Saya, memiliki luka operasi di dada saya. Memang tidak sakit, tapi saya merasa malu jika ada orang yang melihatnya,” ujar Jay.
“Aku tidak peduli, aku hanya butuh wanita yang masih perawan karena aku tidak ingin tertular penyakit!”
Luka itu adalah luka operasi lima tahun yang lalu, dan Jay takut jika orang lain melihatnya akan merasa jijik.
Arson menarik tali jubah handuk yang di kenakan Jay, perlahan tapi pasti jubah itu merosot meninggalkan tubuh polos Jay.
“Apa maksudnya luka ini?” tanya Arson kemudian mengecupnya, membuat Jay merasakan sensasi yang menggelitik.
“Y___ya, Tuan,” jawab Jay gugup.
“Ini bukan masalah, di punggungku ada beberapa bekas luka. Bahkan lebih banyak dari ini. Apakah kamu akan merasa jijik?” tanya Arson, Jay menggelengkan kepalanya.
“Naiklah ke atas tubuhku.”
“Apa?”
“Kenapa? Apa Kamu keberatan?” Tanya Arson, “Atau Kamu tidak suka gaya yang seperti itu?” cetusnya, ia terus berusaha menerka-nerka, isi kepala Jay.
“M—maaf, bukan seperti itu, tapi ini yang pertama kali untuk Saya Tuan,” bantah Jay, mencoba menjelas kepada Arson, tapi lelaki itu tidak ingin mempercayainya.
Dimata Arson, Jay terlihat seperti gadis bin4l yang pura-pura polos, karena Hendrik cukup berpengalaman dengan beberapa wanita penghibur yang selalu datang menggodanya, mereka hanya berakting agar lelaki terjerat olehnya.
Karena pengaruh obat yang belum hilang, saat melihat Jay dengan tubuh polosnya Arson tergoda selain luka operasi di dada, tubuh Jay sanggatlah sempurna.
Arson sedikit kagum atas keberanian Jay yang berani masuk ke kandang singa, saat melihatnya Jay pertama kali, bukan karena hasrat melainkan rasa penasaran yang mengusik pikirannya.
Siapa wanita ini?
Seperti apa dia?
Laki-laki yang selalu merasa kesepian di ranjang selalu merasa kekosongan di dalam hati, sudah banyak yang gagal menggodanya. Tapi entah mengapa ada yang berbeda di mata Arson tentang Jay yang selalu membuatnya bertanya-tanya.
Arson mengangkat dagu Jay lalu membelai bibir Jay yang merah merekah karena polesan gincu dengan ibu jarinya, berkali-kali Ia menghembuskan nafas di iring asap dari cerutu ke wajah Jay yang tegang.
Terlihat dada Jay yang naik turun saat mencoba bernafas di antara asap-asap yang menutupi wajahnya.
“Lihatlah aku!” titah Arson, menarik dagu Jay, agar ia bisa menatap wajahnya.
Arson m3lum4t bibir tipis gadis itu, yang kini tenggelam di dalam mulutnya , entah mengapa semakin lama rasanya seperti candu bagi Arson saat itu, sehingga menginginkannya lagi dan lagi.
Entah karena pengaruh obat, atau memang ia terlena oleh pesona Jay, seperti tidak pernah puas meski ia membenamkan bibirnya di mulut Jay.
“Saya tidak bisa bernapas,” lirih Jay yang kesulitan bernapas saat berc1um4n dengan Arson, dari sudut bibirnya bahkan menetes air liur dan darah.
“Bernapaslah dengan hidung, dan buka mulutmu, biarkan lid4hku bergeliat menyentuh dinding mulutmu.”
Hendrik semakin bergairah setelah melumat bibirnya, dan merasakan nafasnya yang saling bertemu.
Tangan kanan Arson mulai meraba p4ha putih mulus milik Jay dan terus merambat sampai ke daerah sensitif milik gadis yang sekarang sedang mengerang karena merasa kenikmatan.
“Jangan seperti itu,” lirih pintanya, tapi Arson tidak memedulikan permintaan Jay bagi Arson tangisan Jay semakin membuatnya bergairah.
Tangan Jay terus mencari tumpuannya, ia bahkan menggenggam apapun yang bisa di jangkau oleh tanganya saat lidah Arson mulai menjelajah setiap jengkal tubuh Jay.
Gadis itu terus menggeliat, seperti ada sengatan kecil yang menjalar ke seluruh tubuhnya.
Tangan Arson mulai menyentuh bagian dalam paha Jay, yang sudah sangat basah di bawah sana.
“Arghhh …”
Jay terus mengerang saat Arson memasukkan beberapa jarinya ke daerah sensitif sehingga ia mendesah dan tubuhnya menggeliat, menahan sensasi rangsangan dari yang Arson berikan.
“Enggggg ….” rintihnya.
Arson merasa semakin tertantang saat suara desahan itu seperti menari-nari di daun telinganya, bukan hanya Jay yang tenggelam dalam gairah panas, rupanya milik Arson sudah sangat keras.
Arson melepaskan jubahnya lalu menunjukkan k3jantanya yang berdiri kokoh bak beton.
“Aku anggap itu sebagai pujian, Beby …”
Perlahan tapi pasti, saat milik Arson menempel dengan milik Jay perlahan ia mendorongnya membiarkan sebagian kecilnya tertelan oleh milik Jay.
“S—sakit …” rintih Jay di bawah kekangan Arson.
“Apa? sakit …? padahal aku belum memasukkan semuanya,” ujar Arson tersenyum licik. Seketika bola mata Jay terbelalak, mendengar ucapan Arson.
‘Apa dia bilang? Baru sebagian? Aku yakin jika itu benar bukan hanya robek di bawah sana tapi aku juga bisa mati jika beda yang seperti tongkat satpam itu masuk kedalah milikku semua.’
“A—aku ingin berhenti …” pinta Jay memelas tapi Arson tidak memedulikannya, dengan sekuat tenaga Arson menekan pinggulnya sehingga miliknya tenggelam sepenuhnya di dalam milik Jay.