Oleh: Nunik Sobari
Lina merasa dadanya bergemuruh, nafasnya turun naik menahan emosi. Spontan dia berdiri dan berkata.”Kabur? Aku diusir!?Aku difitnah!”
Hakim mengetuk palu, ” Harap tenang Nona Lina! Patuhi peraturan persidangan.”
” Maaf Yang Mulia! Saya terbawa emosi!” ujar Lina sambil menangkupkan kedua tangannya di dada dan kembali duduk di kursinya.
Setelah sidang kembali dimulai Reynaldi berdiri dan berkata.”Yang Mulia tuduhan ini tidak benar. Lina tidak pernah kabur dan meninggalkan Bima.
Aku yang mengusirnya dari rumah. Kalau ada yang bersalah. Itu aku , orang yang paling bersalah.
Akhirnya sidangpun selesai.
Mendengar kesaksian dari Reynaldi, ruangan sidang menjadi riuh. Semua orang menyoraki pria itu dan kesalahannya dimasa lalu.
Hakim menatap Reynaldi dengan tajam.
“Apakah anda mau bersumpah, sudah memberikan kesaksian dan berkata seperti itu?”
Reynaldi mengangguk tanpa ragu,” IyaYang Mulia.”
Seketika wajah Fanny terlihat panik. Cepat dia sembunyikan semuanya dengan tatapan sinisnya.
“Walaupun begitu, Lina tetap meembawa anak itu tanpa izin. Bukankah itu namanya penculikan?” kata Fanny tanpa takut-takut.
Pengacara Lina menyela,” Yang Mulia, saya punya bukti, kalau Lina tidak pernah menerima dan mendapatkan bantuan secara finansial.
Bahkan dia tidak mendapatkan perlindungan setelah dia diusir dengan keji.
Dan dia hanya berusaha bertahan hidup sebagai seorang ibu tunggal.
Hakim memeriksa dokumen yang diserahkan pengacara Lina, lalu beliau mengangguk-angguk entah apa yang ada dipikirannya.
Setelah beberapa lama kemudian Hakim pun mengetuk palu.
“Dengan mempertimbangkan semua bukti, pengadilan tidak mempunyai satu alasanpun untuk menyatakan Nona Lina bersalah sebagai pelaku penculikan anak.”
“Dan tuduhan terhadap Nona Lina dengan ini resmi dicabut.”
Saat itu juga Lina menangis karena lega dan terharu.
Saat sidang berakhir Lina keluar gedung pengadilan bersama Reynaldi.
Namun sebelum mereka masuk kedalam mobil, Fanny menghampiri mereka dengan wajah emosi.
” Kamu pikir ini semua sudah selesai? bisiknya tajam didekat wajah Lina.”
Reynaldi menarik Lina kebelakang punggungnya dan melindungi Lina
“Fanny! Hentikan! Sidang sudah selesai. Bahkan kamu bisa saja masuk penjara, kalau saja Lina jahat dan tidak terima, kamu.pasti sudah digugat balik.” ujar Reynaldi marah
“Apa kamu pikir semua ini sudah selesai, Rey…sayang!” ujarnya genit dan mengoda
Kita lihat seberapa lama kamu bisa mempertahankan anak itu.” katanya lagi sebelum berbalik dan pergi
Mendengar ancaman Fanny, Lina merasa takut dan terancam seketika.
Lina tahu betul, selagi Fanny masih hidup, mereka tidak akan benar-benar aman.
Reynaldi mengepalkan tangannya marah, lalu berkata,” Aku tidak akan membiarkan mereka menyentuh kalian.”
Lina yang berada disebelah pria itu, melihat ke arahnya, dan berusaha mempercayai kata-katanya.
# #
Malam itu Lina duduk diruang ramu, didalam rumah Reynaldi. Bima dan pengasuhnya sudah tidur dikamarnya masing-masing. Tapi Lina masih saja terjaga.
Pikirannya masih dipenuhi kejadian hari ini.
Pengadilan, ancaman Fanny, ditambah lagi perasaannya yang sulit dikendalikan bila berdekatan dengan Reynaldi.
Tiba-tiba, suara langkah kaki terdengar mendekat.
Reynaldi keluar dari dapur dengan dua cangkir teh hangat ditangannya.
“Kamu masih belum tidur?” katanya sambil meenyerahkan satu cangkir teh hangat kepada Lina.
Lina menerima secangkir teh itu sambil tersenyum tipis, ” Iya, terlalu banyak pikiran yang aku pikirkan.”
Reynaldi duduk disampingnya, jarak antara mereka cukup dekat. Sampai-sampai Lina bisa mencium aroma tubuh pria itu.
“Aku juga.” gumam pria itu pelan hampir tidak terdengar
Mereka berdua diam, ada ketenangan diantara mereka. Bahkan mereka tidak merasa canggung sama sekali.
Baik Lina maupun Reynaldi merasa tenang dan nyaman.
” Terima kasih, Ya! Karena sudah menjaga dan melindungi aku dan Bima.” katanya tiba-tiba
Reynaldi menatap mata Lina dengan tajam, ” Seharusnya aku tidak menelantarkan kalian dulu.”
Lina terdiam.
Luka lama masih belum kering, bahkan terasa perih.
Walaupun berlahan-lahan akan sembuh.
“Aku tahu, aku sudah sangat menyakitimu dulu.” katanya pelan hampir tidak terdengar.
“Dan aku tidak akan memaksa mu untuk maafkan aku, tapi aku ingin kamu tahu, aku….tidak akan melakukan kesalahan itu lagi.”
Lina memberanikan diri menatap mata laki-laki itu.
Dan dia melihat sesuatu yang belum pernah dia lihat dimata pria itu.
Penyesalan, ketulusan, dan…Cinta.
Sebelum Lina sempat berkata apa-apa, Reynaldi mengangkat tangannya, dan menyentuh pipi Lina dengan lembut.
Jantung Lina berdegub dengan kencang, mati-matian dia berusaha menguasai perasaannya.
Mereka saling bertatap-tatapan dalam kesunyian malam.
Dan saat Reynaldi mendekat Lina tidak menolak.
Malam itu untuk pertama kalinya sejak bertahun-tahun hatinya mulai terbuka.
Dan menerima perasaan itu datang kembali.
Sampai akhirnya Lina tersadar dan berusaha mengontrol perasaannya, kemudian berkata,” Aku akan menemani Bima tidur dikamar, Maaf, Permisi.”
Reynaldi hanya bisa mengangguk pasrah, dengan ekspresi yang sulit digambarkan.
Karena kebahagian yang mereka rasakan tidak berlangsung lama.
##
Lina sudah sepakat dengan Reynaldi untuk kembali bekerja.
Kembali menitip kan Bima pada seorang pengasuh yang dari dulu sudah biasa mengasuhnya, di tambah dengan penjagaan yang ketat dari dua orang suruhan Reynaldi.
Keesokan harinya, saat baru saja sampai dikantor, dia langsung di sambut dengan tatapan aneh dari rekan-rekan kerjanya.
Mereka saling berbisik-bisik.
Bahkan ketika baru sampai di meja kerjanya, salah satu rekan kerjanya berkata,” Kamu sudah melihat berita pagi ini?”
“Ha! Berita apa?” tanya Lina binggung.
Cepat Lina membuka aplikasi di handphone nya, dan betapa kagetnya dia melihatk berita itu.
“Skandal seorang CEO Reynaldi setyawan, dengan seorang wanita, yang dulu pernah diusirnya.”
Lina langsung diam, ekspresi wajahnya dingin dan membeku. Berita di aplikasi itu penuh dengan foto-foto dirinya saat keluar masuk rumah Reynaldi.
Bahkan ada beberapa foto yang sudah di edit sehingga nampak berlebihan.
Lina langsung panik, yang dipikirnya, bagaimana dengan kerjaannya.
Bagaimana juga dengan Bima, anaknya.
Saat pikirannya sedang kacau tiba-tiba pesawat telpon di mejanya berbunyi.
” Lina tolong datang keruangan Direktur Utama sekarang!” wanita itu menelan ludahnya, dia tahu ini pasti akan terjadi.
Lina berjalan keruangan direktur dengan langkah berat, sepanjang dia berjalan, dia bisa melihat semua orang menatapnya.
Begitu dia masuk, Reynaldi sudah ada disana, duduk dengan ekspresi sangat tegang.
Direktur Utama perusahaan itu, Pak Maikel menatap Lina dengan tatapan tajam.
“Kamu pasti tahu kenapa aku memanggilmu?” kata Pak Maikel sambil menunjuk layar komputer yang menunjukan skandalnya dengan Reynaldi.
Lina menarik nafas dan berkata, ” Maaf Pak, tapi ini tidak seperti yang terlihat.” kata Lina dengan suara datar
“Aku mengerti masalah kalian, tapi aku tidak bisa tinggal diam, kalau sampai berita dan skandal ini menghancurkan reputasi perusahaan.
Lina terdiam
“Kami akan mengadakan penyelidikan, dan selama masa penyelidikan kamu diskors sementara dari pekerjaanmu.
Bukan main kagetnya Lina mendengar keputusan dari Direktur Utama, ” Pak tolong saya, saya benar-benar tidak melakukan kesalahan apapun.”
Pak Maikel mengambil nafas kasar. ” Aku percaya padamu Lina, tapi tekanan dari beberapa berita dan dewan direksi terlalu besar. Ini bukan tentang benar atau salah, ini tentang reputasi perusahaan.”
Reynaldi berdiri, matanya penuh amarah, ekpresi wajahnya penuh emosi.
“Kalau begitu skor saya juga, saya yang bertanggung jawab disini.”
Pak Maikel mengeleng, ” Tidak bisa, kamu CEO di perusahaan ini. Skorsing atas dirimu, oasti akan membuat saham turun dengan drastis. ”