Oleh: Nunik Sobari
“Skorsing! Ada apa ini Pak? Kenapa jadi seperti ini?”
Lina merasa benar-benar putus asa, baru saja
dia merasa semuanya menjadi lebih baik, tiba-tiba semuanya hancur seketika.
Lina berdiri sambil menundukan kepala,” Baik Pak! Permisi” katanya sambil keluar ruangan direktur utama itu.
Begitu Lina keluar ruangan, Reynaldi langsung mengejarnya, ” Lina tunggu! Aku tidak akan membiarkan semua ini terjadi.”
” Biarkan aku sendiri, Rey.” katanya tegas
Lina mengemasi barang-barangnya. Dia berniat pulang kerumahnya dengan perasaan kacau.
Dimana Bima, anaknya sudah menunggu.
Alih- alih menenangkan diri, justru masalah baru menambah sulit keadaanya.
Rafka seorang dari masa lalunya, saat dulu Reynaldi mengabaikan, datang kembali.
Pria itu berdiri didepan rumah Reynaldi yang ditempati nya bersama Lina.
Begitu Lina sampai, dia sangat terkejut melihatnya.
“Rafkha?”
“Iya ini aku, lama tidak bertemu apa khabarmu?”
Lina yang masih syok dan binggung dengan kejadian di kantor, sekarang sudah mendapat kejutan lagi.
Rafka selalu membantunya dulu, disaat masa sulit.
“Sedang apa kamu disini, apa yang kamu lakukan?” tanya nya pelan.
Rafkha mneatapnya tajam, ” Aku membaca berita tentang, mu. Dan aku tahu pasti ini ulah perempuan ular itu lagi, Fanny.”
Lina memgambil nafas berat lalu berkata, ” Aku tidak tahu harus berkata apa lagi.”
Rafkha mennatapnya dengan serius, ” Kamu nggak sendirian Lina, ada aku seperti dulu.”
Lina terdiam, ada sesutu di mata Rafkha, jelas terlihat kalau dia datang bukan hanya membantu, ada rasa perduli yang besar disana.
Tentu saja ini akan membuat semuanya menjadi semakin rumit.
Kehadiran Rafkha mulai sampai ketelinga Reynaldi. Terlebih dia adalah seorang Ceo, informasi apapun bisa dia dapatkan dari anak buahnya.
Seperti sore itu saat Lina, Bima dan Rafkha menikmati sore di halaman rumah mereka, sambil menikmati secangkir teh dan beberapa snack ringan.
Tanpa pikir panjang Reynaldi segera datang ke rumah itu, untuk memastikan laporan dari anak buahnya.
Mereka yang sedang berbincang- bincang di halaman sambil tertawa kecil tidak menyadari kehadiran Reynaldi.
“Lina!” panggilnya dingin
Lina menaatapnya terkejut.”” Reynaldi apa yang kamu laakukan disini, kenapa aku tidak mendengar suara mobil kamu?”
Reynaldi menatap tajam kearah Rafkha.
Seharusnya aku yang bertanya, kenapa kamu bersama pria lain saat kita masih menghadapi masalah besar.
Rafkha tersenyum sinis. ” Jadi sekarang kamu perduli, Reynaldi?”
Reynaldi mengepalkan tangannya, “Aku selalu perduli!”
“Tapi kamu yang mengusirnya tanpa belas kasian enam tahun lalu.”
Kalimat itu benar-benar menghantam dada Reynaldi sengan keras.
Lina berdiri menatap kedua pria itu, “Aku tidak butuh pertengkaran seperti ini, aku lelah.”
Wanita itu berbalik pergi meninggalkan Reynaldi yang masih menatap Rafkha dengan tatapan yang penuh amarah.
Reynaldi tahu benar, kalau Rafkha adalah ancaman yang sesungguhnya buat hubungannya dengan Lina, yang baru mulai baik.
Bukan karena dia datang lagi d kehidupan Lina dan Bima, tapi karena Lina dan Bima terlihat lebih nyaman dengan pria itu. Dan ini bukan masalah sepele.
Reynaldi tidak bisa menahan gejolak didalam dadanya. Sejak kembalinya Rafka itu semakin membuat Lina menjaga jarak dengannya, Bahkan Lina meminta ijin untuk keluar dari rumah miliknya. Dan itu membuatnya gila.
Dikantor, Reynaldi duduk diruangannya dengan ekspresi muram.
Pikirannya penuh dengan Rafkha dan Lina yang sekarang lebih sering bersama.
Agnes mengetuk pintu masuk,” Tuan Reynaldi rapat akan segera di mulai lima menit lagi.”
Reynaldi tidak menjawab, pikirannya kosong. Dia hanya menatap keluar jendela dengan rahang yang mengeras.
Agnes melirik kearah bosnya dengan khawatir,” Apa ini tentang Lina?” tanyanya hati-jati.
Reynaldi akhirnya menoleh,” Dia menghabiskan lebih banyak waktu dengan pria itu” gumamnya dengan nada tajam
Agnes menahan senyum tipisnya, ” Pak Reynaldi, kalau Bapak tidak suka, kenapa bapak tidak bertindak.”
Reynaldi mengambil nafas,” Aku tidak berhak mengontrol kehidupannya.”
Tapi Bapak bisa memberi tahunya, kalau Bapak masih ingin dia di sisi bapak selamanya, jangan diam saja, Pak. Beritahu dia, bahkan seisi dunia, kalau Bapak bersungguh- sungguh berharap agar dia bisa disisi bapak selamanya. ”
Reynaldi terdiam , Perkataan Agnes seperti tamparan buatnya.
” Mungkin dia benar.” gumamnya sendiri
Dan Reynaldi bukan type yang membiarkan sesuatu berharga buatnya lepas begitu saja.
##
Sementara itu Lina duduk dicafe di dekat rumahnya, menyesap kopinya sambil membaca beberapa lowongan kerja.
Skorsingnya masih berlangsung, dan dia tahu ini akan berujung pada pemecatan permanen.
Lina berniat mencari pekerjaan lain yang jauh dari kehidupan Reynaldi, dan membawa Bima pergi jauh, untuk hidup yang lebih tenang.
Sementara Rafkha duduk di depannya,” Aku punya tawaran untukmu.” katanya tiba-tiba.
Lina menoleh, ” Tawaran apa?”
Rafkha menyandarkan punggungnya ke kursi, ” Aku nisa membantumu mendapatkan pekerjaan baru, aku kenal beberapa orang yang berada di perusahaan besar.
Lina tersenyum tipis, ” Rafkha aku hargai penawaranmy, tapi aku tidak bisa lagi bergantung pada orang lain.”
“Tapi, aku ingin membantu mu, Lina.” katanya sambil menatap wanita itu dalam.
Lina terdiam, dia tahu kalau Rafkha masih menyimpan perasaan padanya, dan itu semakin membuat semuanya menjadi rumit.
Sebelum wanita itu menjawab, seseorang berdiri di sebelah meja mereka.
Reynaldi
Rafkha tersenyum tipis, ” Kenapa selalu datang diwaktu yang tepat.” sindirnya
Reynaldi menatap Rafkha dingin, sebelum beralih ke Lina.” Aku ingin bicara padamu sekarang.”
Lina mengeryit,” Tentang apa?”
Pria itu menatap Lina tajam, sebbelum akhirnya berkata, ” Pekerjaanmu.”
Lina merasa tegang diantara keduanya.
“Kalian berdua, tidak perlu bertengkar di depanku.” katanya akhirnya.
Reynaldi mengabaikan Rafkha dan kembali menataf Lina, ” Akunsudah berbicara dengan Pak Maikel. Setelah investigasi selesai kamu bisa mulai bekerja.
Lina menatap pria itu tidak percaya,” Kamu serius?”
Reynaldi mengangguk, ” Aku tidak akan membiarkan Fanny menang.”
Rafkha menghela nafas dan berdiri.
“Baiklah aku tidak perlu menawarkan pekerjaan lain.”
Pria itu menatap Lina sebelum pergi.
” Kalau kamu berubah pikiran, masih ada aku disini.”
Reynaldi mengepalkan tangannya sambil berkata pelan,” terlalu percaya diri.”
Akhirnya sore itu Lina kembali pulang kerumah, hatinya bisa sedikit lega karena janji yang sudah diucapkan.
# #
Satu minggu sudah skorsing dari perusahaan berlalu, sampai akhirnya investigasi selesai di lakukan. Pihak perusahaan mendapatkan data- data, kalau semua berita yang ada di media atau pun televisi adalah tidak benar.
Ditempat lain, Fanny menatap layar ponselnya dengan ekspresi marah.
Berita tentang Lina yang akan kembali bekerja membuatnya murka.
Terlihat dia sibuk menghubungi seseorang.” Aku butuh sesuatu yang lebih besar dan menghancurkan sekaligus tanpa ada sisa.”
Suara diujung telpon tertawa kecil.
Fanny berjalan keluar dari apartemennya, masih dengan pensel ditangannya.
Sesekali dia menyesap anggur merah, yang ada di cangkir ditangan sebelah
kirinya.
“Kita punya beberapa opsi nyonya Fanny” ujar pria dari seberang sana.
“Apa!? tanya Fanny dengan ekspresi penasarannya.
“Kita bisa menjatuhkan wanita itu dengan skandal yang lebih hebat, atau kita…. membunuhnya tanpa jejak!” ujar pria itu datar