Oleh: Rika Jhon
Mata Albern masih terus menatap langit-langit kamar, pikirannya benar-benar sedang berkecamuk tidak menentu. Dia seperti orang linglung yang sedang dilema serta bimbang. Dan ini merupakan kali pertama dia merasakan kebimbangan seperti itu karena berhubungan dengan Harnum, wanita yang sangat dia benci.
‘Ada apa ini? Bahkan di Italia pun aku merasa tidak tenang, aku selalu memikirkan wanita jalang itu. Jika bukan karena ada pekerjaan yang sangat penting, mungkin aku sudah lama kembali ke Indonesia. Karena aku tidak bisa berlama-lama di Italia.’
Lalu dia beranjak bangun dan meminum segelas air putih untuk menenangkan pikirannya yang sedang kacau. Setelah itu dia kembali merebahkan tubuh sambil menatap ke luar jendela.
Posisi kamarnya berada di bagian depan paviliun dan langsung mengarah ke luar, sehingga dia bisa melihat sosok Harnum yang sedang membersihkan halaman. Matanya terus tertuju pada Harnum.
‘Tetapi aku tidak bisa melakukannya karena klanku sedang membutuhkanku. Ada apa ini? Mengapa semakin hari aku memperhatikan wanita itu seperti ada yang berbeda. Entahlah … Wanita Jalang itu seperti mengingatkanku pada Gadis Kecilku di masa lalu. Aakkhh … kepalaku sakit jika mengingat itu.’
Siang itu Harnum sedang pergi ke ladang. Ia sedang membersihkan rumput-rumput di ladang tersebut dan ia melakukannya hanya seorang diri karena Albern melarang Toni dan Mira agar tidak membantunya.
Albern yang sudah sejak tadi memperhatikan Harnum mengikutinya dari belakang secara diam-diam. Dia dibuat terkejut dengan pemandangan yang ada di hadapannya.
Bagaimana tidak, ketika dia sampai di ladang, ternyata Rully sudah berada di sana dan sedang membantu Harnum membersihkan rumput. Albern menatap tajam ke arah Rully dan Harnum yang terlihat sedang berbincang-bincang dan sangat akrab itu. Harnum terlihat sedang tertawa bebas dan tertawa lepas.
‘Mengapa sekarang Wanita Jalang itu terlihat sangat bahagia sekali bersama Rully? Apakah mereka memiliki hubungan spesial dan intim? Dan selama satu bulan ini ketika aku sedang pergi ke luar negeri aku telah melewati banyak berita?’
Albern terus menatap nyalang pada Harnum dan Rully, sementara mereka berdua tidak mengetahui dan tidak menyadari kehadirannya. Mereka tetap sibuk berbincang dan tertawa bersama.
Albern mengepalkan kedua tangannya, emosinya tiba-tiba mulai terpancing melihat kebersamaan dan kedekatan sang tangan kanan dengan wanita tawanannya.
‘Ah … tapi tidak mungkin. Karena aku sudah berulang kali memperingati Rully agar dia tidak mendekati Wanita Jalang itu. Tapi … mengapa mereka berdua terlihat semakin dekat begitu?’
Ketika Albern akan membalikkan badan, tiba-tiba dia mendadak berhenti ketika mendengar suara jeritan Harnum. Dan ternyata ada ular cobra yang hampir saja menggigit kakinya. Rully terlihat sibuk memburu ular cobra tersebut.
Tanpa sadar kaki Albern berjalan menghampiri Harnum dan langsung memegang kakinya. “Kau tidak apa-apa?”
Albern bertanya dengan lembut, dia menatap wajah Harnum. Begitu pula dengan Harnum, ia pun membalas tatapan Albern. Namun, Harnum kemudian langsung memutus kontak mata dengan Albern dan dia menepis kasar tangan sang King Mafia yang telah menyentuh kakinya. Albern tersentak mendapat perlakuan kasar dari Harnum.
“Jangan sentuh aku! Dan jangan berpura-pura baik kepadaku. Jangan berpura-pura lemah lembut kepadaku. Aku tidak menyukainya. Aku lebih suka jika kau seperti biasanya saja, berkata kasar bahkan menyiksaku. Karena aku sudah terbiasa disiksa olehmu!”
Albern terdiam mendengar ucapan Harnum tersebut. Karena apa yang dikatakan olehnya memang benar. Sebab selama ini dia memang selalu menyiksa Harnum. Jadi … wajar saja jika tiba-tiba dia berbicara lemah lembut dan bahkan bersikap baik terhadapnya justru membuat Harnum marah karena dia merasa aneh dan janggal.
“Nona Harnum, kau tidak ap —”
Rully sangat terkejut ketika melihat keberadaan sang King Mafia yang sudah berdiri di sana. Dengan susah payah ia meneguk ludah, apalagi Albern menatapnya dengan sangat tajam. Ia langsung mendekati Albern dengan tubuh yang sudah panas dingin.
“King, k-kapan k-kau p-pulang dari Italia?”
Albern tidak menjawab pertanyaan Rully, dia hanya menatap tajam sang tangan kanan dengan tatapan yang sangat sulit diartikan. Lalu Albern pun langsung pergi dari tempat itu.
Rully langsung mengejar, tapi Albern semakin mempercepat langkahnya. Setelah sampai di paviliun, Albern langsung menuju ke kamar mandi, dia membasuh wajah dan kemudian menyalakan shower. Dia pun membasahi seluruh tubuhnya di bawah shower.
Sementara Rully menunggunya di ruang tamu. Wajah Rully terlihat sangat cemas, ia mengutuk dirinya sendiri mengapa sampai teledor seperti itu, sehingga sampai tidak mengetahui kedatangan sang King.
‘Mengapa aku jadi ceroboh begini? Selama ini setiap King kembali dari luar negeri aku pasti selalu mengetahuinya dan selalu sigap. Aku terlalu sibuk dengan Nona Harnum, sehingga aku melupakan tugasku.’
Rully terus mengutuk kecerobohannya. Sekarang dia justru gelisah dan merasa was-was akan hukuman yang diberikan oleh sang King Mafia yang terkenal kejam itu. ‘Mengapa aku jadi kacau seperti ini. King sepertinya sangat marah padaku. Apalagi dia memergoki aku sedang berdua dengan Nona Harnum di ladang.’
Tidak berapa lama kemudian pun Albern kembali. Dia sudah berganti pakaian, lalu meminum alkohol tanpa menghiraukan keberadaan Rully. Namun, Rully tidak putus asa, dia terus mengajak Albern berbicara.
“King, tolong maafkan aku jika aku telah membuatmu marah.”
“Aku sedang tidak ingin marah! Dan aku sedang tidak ingin melampiaskan emosiku. Jadi lebih baik kau diam!”
Rully seketika langsung terdiam. Dia tidak berani untuk kembali membuka suara. Aura Albern sangat menyeramkan sekali. Rully hanya menundukkan wajah, dia tidak berani untuk menatap wajah sang king.
Sementara Albern terus meneguk minuman beralkohol itu hingga tidak sadarkan diri karena terlalu banyak meneguk minuman haram tersebut. Rully segera membawa tubuhnya menuju ke kamar. Albern terihat tengah mengigau.
“Gadis Kecilku, di mana kau? Apakah kau sudah melupakanku? Apakah kau sudah melupakan janji kita dulu untuk saling menunggu, untuk saling setia, kita berjanji untuk menikah.”
Hari-hari pun berlalu, hubungan Rully dengan Harnun semakin dekat, dan perubahan sikap Albern terhadap Harnum pun semakin terlihat. Kini Albern sudah tidak pernah lagi menyiksa Harnum. Entah mengapa setiap dia akan menyiksanya, maka bayangan gadis kecil pada masa lalunya akan muncul, sehingga dia menghentikan perbuatannya itu.
Hari itu Albern kembali akan pergi ke luar negeri. Kali ini dia bertujuan untuk pergi ke Dubai untuk mengurus bisnis mafia, dan dia kembali meninggalkan Harnum. Seperti biasa Harnum sangat menikmati kebebasannya. Dia pun semakin bebas bersama Rully untuk pergi ke makam suami dan anaknya.