Oleh: Lil Seven
Dia meraih tas untuk menutupi paha, di dalam kamar dia merasa tidak keberatan tapi begitu di mobil dalam ruangan terbuka seperti ini, itu adalah hal yang sangat memalukan!
Bagaimana kalau setelah merobek pakaiannya seperti ini, Darren melemparkannya keluar dari dalam mobil?
Wajah Melissa memucat seperti mayat hidup.
“Tolong, tolong maafkan aku! Aku janji tidak akan mengulanginya lagi, sungguh!” jerit Melissa sambil menangis histeris.
Darren tetap tak menjawab dan mengabaikan Melissa seakan-akan jeritannya tersebut sama sekali mengganggu dirinya.
Untunglah, Darren menyalakan mesin mobil dan mulai menjalankan mobilnya kembali.
Hal itu membuat Melissa lega luar biasa.
“Kau tahu kenapa aku merobek bajumu?”
Darren bertanya dengan dingin, yang dijawab Melissa dengan gelengan cepat.
“T-tidak tahu.”
“Karena sangat menggganggu pemandangan. Baju yang kau pakai itu sudah bersentuhan dengan Bastian. Aku jijik melihatnya,” ucapnya dengan ketus dan dingin.
Melissa hanya bisa diam dan menyeka air matanya saat melihat tubuh yang setengah telanjang.
Apalagi yang harus dilakukan Melissa untuk meredakan emosi pria di sampingnya ini?
Dia sudah benar-benar putus asa.
Darren terus fokus menatap ke depan, mengabaikan Melissa yang meratapi nasib menyedihkan yang dialaminya ini.
Dia benar-benar tak tahu bahwa pria ini, benar-benar posesif dan mudah cemburu buta!
Sampai rumah, Darren tak langsung keluar dari mobil tapi mendadak menyerang Melissa dengan ciumannya yang basah dan menggelora.
Hal itu terjadi selama beberapa menit, Melissa anehnya merasa terangsang dengan tindakan kasarnya ini.
Darren melempar jasnya menarik turun dasi yang dia pakai sebelum kembali menyerang Melissa seperti binatang buas yang kelaparan.
Melissa meremas kuat rambutnya saat pria itu menggigit puncak buah dadanya yang mengencang karena bergairah, tindakan ini membuat Darren semakin buas dan bergairah.
Satu bulir keringat meluncur ke hidungnya yang mancung, seperti kristal bening waktu menetes ke dada Melissa.
Darren tersenyum sendu pada Melissa dan mulai menghisap buah dada wanita itu lagi.
Rambut cokelat yang acak-acakan, kemeja terbuka kancing atas, bibir merah muda yang tersenyum dan tatapan laparnya tersebut … membuat suaminya tersebut terlihat sangat seksi.
Melissa, diam-diam menelan ludah.
Kami sudah siap untuk ke sesi selanjutnya, bagian bawah Darren sudah menegang sementara milik Melissa juga sudah basah.
Mereka berdua, sama-sama sudah siap dan tak sabar untuk segera mereguk kenikmatan duniawi.
Namun ….
Ketukan di kaca mobil membuyarkan segalanya.
Baik Darren dan Melissa seketika memucat saat tahu siapa yang sekarang berdiri di depan kaca mobil Melissa dengan wajah marah.
***
“M-Mom!”
Darrren buru-buru melepaskan jas yang dia pakai untuk menutupi tubuh bagian depan Melissa, lalu buru-buru membuka jendela mobil karena sang ibu yang semakin tak sabar mengetukkan jemarinya di sana.
“Ada apa? Kenapa ke sini tanpa pemberitahuan lebih dulu?”
Darren bertanya dengan ekspresi tenang, seakan beberapa menit lalu, dia tidak sedang melakukan kegiatan panas.
Sementara itu Melissa yang duduk di sebelahnya, tersenyum pada sang ibu mertua dengan ekspresi canggung.
Ibu Darren tak menjawab, hanya menarik napas panjang dengan ekspresi lelah.
“Kita bicarakan masalah ini di dalam!”
Setelah mengatakan hal itu, sang ibu berjalan masuk.
Darren segera meraih ponsel dan menelepon kepala pelayan rumahnya.
“Ambilkan istriku baju dengan satu set pakaian dalam, lalu kirim ke mobil di depan rumah.”
Darren memberi perintah singkat, setelah itu dia menoleh pada Melissa yang belum bisa menguasai dirinya akibat dipergoki mertua beberapa saat lalu.
“Tenangkan dirimu. Vugo akan membawakanmu pakaian ke sini, aku akan menemui ibu lebih dulu lalu nanti kau bisa menyusul. Mengerti?”
Melissa buru-buru mengangguk.
Di saat seperti ini, Melissa cukup kagum dengan keprofesionalan Darren suaminya.
Dia tidak serta merta meninggalkan Melissa atau mempermalukan gadis itu dengan keluar dari mobil hanya menggunakan jas yang menutupi tubuh telanjangnya, tapi meminta kepala pelayan untuk mengirimkan pakaian padanya.
Darren membuka pintu mobil dan berjalan masuk ke dalam rumah dengan langkah tergesa, sementara Melissa harap-harap cemas menunggu kedatangan Vugo, sang kepala pelayan.
Begitu Vugo datang, Melissa buru-buru memakai baju yang diberi oleh kepala pelayan tersebut, merapikan dandanannya dan dengan jantung berdebar, dia mulai masuk ke dalam untuk menemui mertuanya.
Melissa hanya dua kali bertemu dengan sang ibu mertua, saat makan malam beberapa hari lalu, kemudian hari ini.
Wajar jika dia merasa sedikit gugup juga memikirkan tentang kesan sang ibu mertua terhadapnya.
Sampai di ruang tamu di mana mertuanya duduk di depan Darren, Melissa mendekat dan mencium tangan perempuan cantik tersebut, sebelum kemudian duduk di sebelah Darren.
Mertuanya hanya menatap Melissa tanpa mengatakan apa pun, beberapa detik kemudian, dia kembali menatap Darren dan melanjutkan pembicaraan yang sempat terputus karena kedatangan Darren.
“Darren, bukankah tindakanmu ini keterlaluan? Aku memang tak melarang dirimu berpacaran dengan wanita itu setelah menikah, tapi apakah harus membawa dia ke rumah ini? Kau sudah sangat kelewatan! Kalau ayah tahu ini, apa kau pikir kau akan mendapatkan kehormatan warisan? Ibu tidak lera jika pewaris utama harta kekayaan ayah, adalah Bastian, saudara tirimu itu, Darren!
Darren hanya menghela napas panjang dengan ocehan ibunya tersebut. menatap lelah kepada perempuan yang begitu terobsesi untuk mendapatkan harta warisan.
Dia juga tak sengaja melakukan hal itu tadi malam! Berhenti terus mengomel!
Rania menjebaknya, harusnya orang-orang ini mengerti bahwa tadi malam dia dijebak!
Darren belum sebodoh itu sampai terang-terangan membawa pacar ke rumah saat sudah menikah, dan mengorbankan suksesi hak warisnya.
Dia juga tak akan membiarkan Bastian mendapatkan posisi pertama, atau Alice yang sudah berhasil dia nikahi, akan direbut adik tirinya tersebut.
“Sudah kubilang berapa kali, Mom. Tadi malam itu kesalahan dan aku tak akan seceroboh itu lagi, Mom! Sial, kenapa berita menyebar secepat ini?!”
Darren menyugar rambutnya dengan ekspresi gusar, dia benar-benar tak mengira bahwa kabar di rumahnya begitu cepat sampai ke telinga keluarga, padahal ini belum satu hari.
Apakah orang-orang di keluarganya juga tahu bahwa … bahwa tadi malam Alice diusir ke kamar pembantu dan yang menempati kamar pengantin adalah Rania?
Kalau iya, itu akan benar-benar kacau!
“Kakekmu sudah mendengar ini, makanya tadi pagi kau dipanggil ke sana. Apakah kau sudah datang menemui dirinya dan menenangkan ayah?”
Darren tak sanggup menjawab, hanya menggaruk belakang kepalanya dengan senyum getir.
Dia mengabaikan panggilan kakeknya karena terlalu asyik making love dengan Alice, lalu saat sampai sana, sang kakek sudah pergi karena tak mau menemui dirinya.
Jika sang ibu tahu hal ini, mungkin dia akan terkena serangan jantung, karena itu Darren memilih untuk bungkam.
“Darren, tolong, tolong jangan membuat kakekmu marah, atau dia akan mencoret namamu dari calon pewarisnya, Nak. Turuti apa maunya dan tolong bersabar sedikit saja sampai suksesi dilaksanakan, Darren.”
Kini ibunya meminta dengan suara menghiba, yang justru dibalas Darren, yang mood-nya sedang buruk dengan ucapan pedas.
“Lalu masalahnya di mana, Mom? Lama-lama tak peduli apakah tidak akan menjadi pewaris kekayaan kakek atau tidak, aku sudah punya perusahaan yang kubangun sendiri, aku juga menjadi investor di berbagai tempat. Kurasa aku tak akan kekurangan apa pun meski tak menjadi pewaris pria tua itu, bukan?” sergahnya dengan sedikit tersinggung.
Dia lama-lama lelah harus terus memenuhi obsesi sang ibu, yang tak ada habisnya.
Sebenarnya, jika Darren tidak menjadi pewaris utama DG Group, Mega bisnis yang dimiliki kakeknya, Darren masih mempunyai kekayaan yang berlimpah.
Dia mungkin hanya akan kehilangan setengah, yang dapat dia dapatkan lagi karena menjadi pewaris kedua.
Namun, ibunya tak rela jika pewaris utama bisnis ayahnya, adalah Bastian, anak tirinya dari perselingkuhan suami.
Ibu Darren, akhirnya hanya bisa menatap dirinya disertai dengan helaan napas panjang.
“Ren, apakah kau rela kalau semua harta kekayaan kita akhirnya jatuh ke tangan Bastian, anak yang lahir dari selingkuhan ayahmu, orang yang telah menyia-nyiakan Mommy dan dirimu demi selingkuhannya itu, Nak?”
Seketika Darren terdiam mendengar ucapan ibunya tersebut.
Dia tak pernah suka saat mendengar tentang ayahnya, jika ada orang yang sangat dibenci Darren di dunia ini, maka itu adalah ayahnya, selingkuhan sang ayan dan adiknya yang berengsek, Bastian.
Kedua tangannya terkepal menahan marah.
Kedua orang itu, terlibat pembicaraan yang serius dan alot, sampai melupakan kehadiran Melissa di dekat mereka.
Sementara Melissa, mendengarkan pembicaraan itu dengan serius, karena dia menyamakan dengan alur novel yang telah dia baca, yang ternyata banyak sekali perubahan di sini.
Di novel, hal-hal ini tak disebutkan dengan rinci, saat mengetahui secara langsung seperti ini, Melissa hanya bisa terperangah kaget.
Ternyata, kehidupan dunia novel juga rumit, tidak hanya kehidupan di dunia nyata saja yang dipenuhi masalah tak berujung.
Sang ibu menatap Darren dengan lelah.
Darren adalah satu-satunya harapan yang dia miliki, tapi sekarang anak itu terus membuat ulah.
“Jika kau terus menerus membuat ulah seperti ini, kakekmu itu akan menyerahkan harta kekayaan miliknya pada Bastian, tanpa menyisakan sedikit pun untuk kita! Apakah kau tega melihat Mommy mengalami ini semua, Ren? Kehilangan semua kekayaan yang harusnya untuk keturunan asli mommy? Apakah kau tega membiarkan hal itu terjadi dan mengirim mommy ke lembah kehancuran, Nak?”
Ibu Darren mencondongkan badan ke depan, menatap putra satu-satunya tersebut dengan sorot pengharapan di matanya sampai berkaca-kaca.
Kedua tangannya memegang tangan Darren dengan putus asa.
“Ren. Tolonglah, pikirkan sekali lagi, jika ini bukan demi dirimu, maka setidaknya lihatlah mommy, Nak. Aku terus menderita karena menikahi ayahmu, demi cinta semua kuberikan padanya, tapi apa? Dia meninggalkan aku dan berselingkuh, tidak cukup sampai situ, dia bahkan merecoki ayahku untuk merebut semua kekayaan kita. Bagaimana nasibku kalau itu terjadi, Ren? Bagaimana?”
Ibu mertua Melissa, bertanya dengan suara menghiba.
Dia terlihat begitu menderita dalam waktu yang sangat lama, membuat Melissa merasa desakan simpati pada wanita anggun tersebut.