Oleh: Yanti Maria
Perjalanan hidup setiap orang memang tidaklah sama,ada yang dari kecil bahagia sampai tua,ada yang masa kecilnya susah tapi ketika dewasa menemukan kebahagiaan.
Begitu juga dengan perjalanan hidup yang di alami seorang gadis yang bernama Dinda Setyawati.
Dia belum pernah merasakan kebahagiaan tapi kesedihan dan penderitaan dan kerinduan kasih sayang terhadap orang tuanya belum pernah ia rasakan.
Dinda adalah seorang gadis yang sejak kecil sudah tidak tinggal dengan kedua orang tuanya,Dinda tinggal dengan kedua orang tua ayahnya, yaitu Pak Margo dan Bu Wiji.
Dinda sejak kecil sudah di ambil oleh kakek dan neneknya dengan tujuan agar ayah dan ibunya Dinda berpisah.
Pak Margo pekerjaannya sebagai petani tapi setiap malam hari bekerja sebagai penjaga gudang,sedangkan Bu Wiji pekerjaannya juga petani.
Setiap kali pulang dari sawah neneknya Dinda langsung berangkat ke pasar bersama Dinda untuk berjualan sayur kangkung.
Jadi mulai kecil Dinda sudah ikut neneknya berjualan sayur di pasar.
Sedangkan sorenya Dinda menggembalakan kambing kakeknya,jadi tidak ada waktu untuknya bermain.
Tapi ketika tidak ada kakeknya sambil menunggu kambing Dinda main sendiri.
Sedangkan kedua orang tua Dinda ayahnya sebagai seorang pelaut sedangkan ibunya hanya seorang ibu rumah tangga biasa.
Biasanya anak yang ikut kakek dan neneknya itu selalu di manja, atau orang jawa bilang “Uripe kepomo ” tapi itu tidak berlaku untuk Dinda.
Layaknya seorang anak sebayanya yang butuh berteman dan bermain dengan teman sebayanya itu pun tidak pernah di rasakan oleh Dinda.
Setiap kali keluar mau main selalu ketahuan kakek dan neneknya Dinda langsung di panggil di suruh pulang dan langsung di hajar dengan cemeti atau pecut.
Hari itu adalah hari minggu Dinda ingin seperti teman- temannya bisa berteman dan bermain,kebetulan hari itu kakek dan neneknya sedang pergi ke sawah,jadi Dinda berharap bisa bermain dengan teman- temannya,tapi apa yang terjadi…
“Ah,mumpung kakek sama nenek tidak ada di rumah,aku pergi saja main,” kata Dinda dalam hati.
“Aku boleh ikut main tidak ?” tanya Dinda.
“Boleh- boleh,” jawab mereka serempak.
Tapi belum sempat Dinda jongkok ikut permainan tapi keburu kakeknya Dinda datang.
“Dinda…Dinda… kamu di mana?”
Oh… ternyata kamu disini ya,ayo pulang,” kata kakek Dinda sambil menarik tangan Dinda yang ketakutan begitu ketahuan kakeknya.
Setelah sampai di rumah Dinda langsung di hajar sama kakeknya.
“Sudah berani ya melanggar aturan dari kakek?” tanya kakek Dinda.
“Tidak kek,Dinda tidak berani melawan kakek,” Jawab Dinda.
“Kalau tidak berani mengapa sekarang kamu keluar rumah secara sembunyi- sembunyi,kamu mau kabur kemana?” tanya kakek Dinda dengan penuh amarah.
“Kalau tidak berani mengapa sekarang kamu keluar rumah secara sembinyi- sembunyi,
kamu mau melanggar perintah dari kakek ya,” kamu mau kabur kemana hah ?” tanya kakek Dinda dengan penuh amarah.
cetar….cetar…cetar
” Sakit kek,ampun kek hiks…hiks…hiks,” tangis Dinda agar tidak di hajar kakeknya.
“Bu, jangan kamu kasih makan Dinda ya,biar ,dia merasakan kalau tidak di beri makan bagaimana,biar tahu rasa dia karena sudah berani melawan perintahku ,” kata kakek Dinda.
Maka setiap kali dapat hukuman dari kakeknya selain di hajar Dinda pun juga tidak di beri makan.
Sungguh miris memang nasib Dinda ,gadis sekecil itu sudah mendapatkan siksaan dari kakek dan neneknya,lain lagi kalau di hadapan orang lain atau tetangganya kakek dan nenek Dinda akan terlihat manis dan sayang pada Dinda padahal perlakuan mereka sebaliknya,sungguh kejam memang.
Setiap ayah Dinda datang menemui ke dua orang tuanya selalu di hasut oleh kedua orang tuanya dan ketika menghasutnya pun di depan Dinda,begitu terus dan terus menerus.
Begitulah yang Dinda lihat ,kakek dan nenek Dinda pun tidak bosan- bosannya menfitnah ibunya Dinda.
Dan setiap kali itu mereka lakukan dan ujung- ujungnya selalu pertengkaran dan selalu ada KDRT.
Kalau sekarang bisa di laporkan dan di visum jika sampai terjadi KDRT,tapi kalau dulu ya siapa yang mau memproses dan yang mau melaporkan karena KDRT itu sudah biasa,dan tidak ada yang berani.
Tidak ada yang mau melaporkan ,paling- paling hanya menahan nya dan berusaha tetap bertahan dalam rumah tangga yang seperti itu demi anak- anaknya, begitu juga yang di lakukan Salsa ibunya Dinda.
Selama menikah dengan Danu tidak pernah mendapatkan kasih sayang yang sebenarnya kasih sayang seorang suami kepada istrinya.
Yang di terima selama ini hanyalah siksaan lahir dan batin,dihajar dan di caci maki,Salsa berani bertahan sampai sekarang karena demi anak- anaknya.
Kelakuan Danu pun tidak pernah berubah,selalu seperti itu selalu kasar.
Padahal sekarang anaknya sudah lima tapi sedikit pun tidak ada rasa welas asih kepada istri dan anaknya.
Setiap Kali pulang dari berlayar tidak ada waktu untuk berkumpul dengan anak dan istrinya ,setiap pukul tuju malam selalu keluar rumah dan ketika pulang sudah dalam keadaan mabuk dan selalu menjelang subuh baru sampai rumah,itu di lakukan Danu hampir setiap hari ketika berada di rumah dan ketika jika di ingatkan Salsa Danu selalu marah- marah yang berakibat Salsa di hajar.
“Mas,kalau pulang berlayar ya jangan keluar malam terus to mas,mumpung di rumah tolong berikan waktumu untuk anak- anak,mereka juga butuh bapaknya ,butuh kasih sayang bapaknya,” kata Salsa mengingatkan suaminya.
“Perempuan itu tahu apa ,tidak usah banyak bicara,minggir aku mau pergi,” kata Danu.
“Mas,jangan pergi to mas ingat anakmu,” kata Salsa.
Tanpa bicara,Danu langsung mendorong tubuh Salsa hingga tubuh Salsa mengenai pintu dan kepala Salsa terbentur pinggiran pintu sampai berdarah.
“Masih kurang ya ini,” kata Danu Sambil menampar pipi Salsa
“Sakit mas,kamu kok tega sekali sama aku mas,setiap marah selalu main tangan dan selalu kasar?” tanya Salsa.
Tanpa menjawab pertanyaan dari istrinya,setelah puas melampiaskan amarahnya kepada istrinya Danu pun pergi begitu saja tanpa ada rasa belas kasih sedikit pun pada istrinya.
Setelah kepergian Danu anak – anak Salsa pun berlarian menghampiri Salsa sambil menangis semua melihat keadaan Salsa yang kesakitan.
“Ibu…hiks…hiks…hiks,” tangis anak- anak itu sambil memeluk ibunya.
“Ibu sakit sekali ya,” tanya Dinda.
“Aku benci ayah,”ucap salah satu adik Dinda.
“Anak- anak tidak boleh seperti itu,tidak boleh membenci ayah ya,” kata Salsa.
“Habis ,ayah jahat bu,ayah pukuli ibu terus,” kata adik Dinda.
“Anak- anak tidak boleh membenci ayah ya,biar bagaimana pun itu ayah kalian,ayah hanya kecapean ini tadi ibu yang salah,” kata Salsa kepada anak- anaknya.
“Sini semuanya kumpul ibu peluk sini,”kata Salsa lagi.
Setelah menghajar istrinya Danu pergi dari rumahnya begitu saja tanpa ada kabar berita sampai berhari- hari.
Salsa pun gelisah karena sampai beberapa hari suaminya tidak pulang dan tidak ada kabar beritanya sama sekali.
Dinda dari tadi memperhatikan ibunya yang sedang berjalan mondar mandir seperti setrikaan.
“Ibu sedang apa kok dari tadi aku perhatikan mondar mandir seperti setrikaan ,memangnya ada masalah apa ibu kok sampai seperti itu,atau ibu sedang gelisah memikirkan sesuatu ,” tanya Dinda kepada ibunya.
“Sebenarnya ibu sedang mencemaskan ayahmu karena sampai sekarang tidak pulang- pulang, keadaanya bagaimana sehat atau sakitkah karena tidak ada kabarnya sampai sekarang,” jawab Salsa.
“Dinda kamu panggil adik- adik kamu gih ,setelah kumpul semua mari kita berdoa buat ayahmu,” kata Salsa lagi.
“Baik bu,akan Dinda pangilkan adik- adik,” jawab Dinda.
Kemudian Dinda pun memanggil adik- adiknya untuk berkumpul dengan ibunya untuk mendoakan ayahnya.
Akhirnya Dinda dan adik- adiknya berkumpul bersama ibu mereka.