Oleh: Abu Alfin17
Sepasang suami istri itu tertegun sejenak. Mereka tidak habis pikir, bagaimana mobil mereka bisa berada di tempat itu. Di tengah pemakan yang tidak ada jalan masuk sama sekali. Jangankan mobil, motor pun tidak akan bisa masuk ke tempat itu.
“Astaghfirullahal adzim, apakah ini ada kaitannya dengan mimpi Alisa?” Burhan berkata pelan.
Maisaroh masih syok menyadari keadaan mereka berada di tengah kuburan dan tidak mungkin bisa keluar.
“Kita harus keluar mencari bantuan, Pak. Sepertinya pemakaman ini dekat dengan perkampungan,” kata Maisaroh.
“Pelan-pelan Bu, apakah Kamu tidak terluka?” tanya Burhan.
“Tidak, hanya kaget dan kepalaku terbentur dashboard, tapi tidak masalah,” jawab Maisaroh.
Perlahan kedua orang tersebut turun dari mobil. Suasana remang-remang membuat mereka harus hati-hati. Apalagi mobil mereka tersangkut di batu nisan. Jarak dari tanah menjadi semakin tinggi karena roda mobil menggantung di atas tanah.
“Hati-hati, jangan sampai tersandung makam,” kata Burhan.
“Bagaimana ceritanya tahu-tahu bisa masuk ke makam. Ini aneh, sepertinya gak mungkin,” kata Maisaroh.
Setelah sepasang suami istri tersebut bisa keluar, mereka memandang sekitar. Dalam keremangan senja tidak tampak kemungkinan mobil bisa masuk. Di sekitar makam itu juga ada pagar tembok yang cukup tinggi. Mustahil untuk dilompati mobil mereka dengan kecepatan yang biasa saja.
“Rasanya gak mungkin mobil kita bisa masuk melompati pagar. Tadi kan jalannya juga pelan gak ngebut!” seru Burhan.
“Saat ini yang penting kita cari bantuan dan siap mengganti kerusakan makam, Pak!” seru Maisaroh.
Sebelum keduanya melangkah keluar dari pemakaman, terdengar beberapa orang menghampiri mereka. rupanya benturan mobil menabrak makam terdengar sampai ke beberapa rumah warga. Kemudian warga tersebut mencari sumber suara yang berasal dari makam.
“Bapak, Ibu kalian siapa dan sedang apa?” salah seorang warga bertanya kepada Burhan dan Maisaroh.
“Kami tidak tahu kenapa, tapi tiba-tiba mobil kami berada di tengah makam ini,” jawab Burhan.
Semua mata memandang mobil Burhan yang mengggantung diatas beberapa makam. Mereka juga tidak bisa mengerti, kenapa ada mobil yang bisa sampai terdampar di tengah makam.
“Bagaimana bisa, sementara tidak ada jalan. Bahkan jalan pun lebih rendah daripada makam!” seru salah seorang warga.
“Lah, bagaimana nanti mengeluarkan mobil itu,” sahut warga yang lain.
Bukannya menolong Burhan dan Maisaroh yang kebingungan. Para warga pun ikut bingung. Bahkan, sampai terjadi perdebatan yang tidak perlu.
“Bolehkah kami minta tolong, dimana masjid atau mushola terdekat. Kami ingin sholat dulu agar lebih tenang,” kata Burhan.
“Iya, bapak-bapak. Kami siap mengganti kerugian atas kerusakan makam di sini,” sahut Maisaroh.
“Itu soal nanti Bu, yang penting Bapak dan Ibu selamat dulu. Mari singgah di rumah saya dulu, kalau mau sholat maghrib,” kata salah seorang warga.
Dengan penerangan lampu senter yang dibawa warga, Burhan dan Maisaroh dituntun keluar dari makam. Kondisi semakin gelap, sehingga harus menggunakan penerangan agar tidak tersandung batu nisan.
Kemudian Burhan dan Maisaroh diajak ke rumah salah satu warga. Kebetulan merupakan seorang tetua adat di kampung tersebut. Sebelum Burhan dan Maisaroh melaksanakan sholat maghrib, mereka diberi air minum hangat agar lebuih tenang.
“Mohon maaf, Bapak dan Ibu ini siapa dan tinggal dimana?” tanya pemilik rumah tersebut setelah Burhan dan Maisaroh selesai sholat maghrib.
“Perkenalkan, nama saya Burhan, ini istri saya bernama Maisaroh. Kami tinggal di kampung Tegal Urip,” kata Burhan.
“Tegal Urip? Cukup jauh dari sini, lalu mau kemana kok bisa sampai mengalami kejadian aneh?” tanya Nuril.
“Kami hanya berjalan-jalan saja, maksud sebelumnya mau menuju ke rumah Kyai Usman,” jawab Burhan.
“Kyai Usman di Jati Mulyo?” tanya Nuril.
“Benar, Bapak kenal dengan beliau?” tanya Burhan.
“Siapa yang tidak kenal beliau o iya perkenalkan nama saya Nuril, kebetulan saya pernah satu pesantren dengan beliau,” jawab Nuril.
“Oh maafkan kami Pak Nuril, membuat warga kampung ini jadi terganggu,” kata Burhan.
“Tidak masalah, saat ini ahli waris dari makam yang rusak sedang diundang kemari. Karena mereka tinggalnya bukan di kampung ini,” kata Nuril.
“Apakah jauh dari kampung ini, Pak Nuril?” tanya Burhan.
“Kira-kira ahli warinya nanti marah atau tidak ya, Pak?” sahut Maisaroh. Khawatir ahli waris dari pemilik makam akan marah.
“Semoga saja tidak, selama ini kami mengenalnya sebagai anak yang baik,” jawab Nuril.
“Anak? Apakah masih anak-anak apakah makam tadi orang tua dari anak tersebut?” tanya Burhan.
“Iya, kedua orang tua dari anak tersebut dan juga adik perempuannya,” jawab Nuril.
“Kenapa aku merasa sedih sekali, berarti anak tersebut yatim piatu, Pak?” tanya Maisaroh.
“Benar Bu, dia tinggal bersama neneknya. Anaknya ulet, sudah bekerja di perusahaan dan masih sempat menjadi seorang penulis,” jawab Nuril.
“Sungguh anak yang baik, di kampung mana tinggalnya Pak?” tanya Burhan.
Nuril tersenyum mendengar pertanyaan Burhan dan Maisaroh. Terlihat keduanya sangat cemas dan khawatir jika ahli waris dari makam yang ditabrak akan marah.
“Bapak, Ibu tidak usah takut. Saya yakin anak itu tidak akan marah. Namanya kecelakaan dan ada unsur misterinya. Dia tinggal di kampung beningan, tidak jauh dari sini,” kata Nuril.
Burhan dan Maisaroh mengerutkan keningnya. Kampung beningan adalah kampung Bayu yang akan mereka cari. Namun, karena mengalami hal mistis mereka terpaksa berhenti di kampung itu.
“Kalau ini kampung apa, Pak? Kenapa orang tua anak itu dimakamkan di tempat ini?” Tanya Burhan.
Nuril terdiam sejenak, ingin mengatakan sesuatu tapi seperti tertahan. Ada hal yang tidak etis jika dijelaskan kepada Burhan dan Maisaroh. Sehingga Nuril menunggu ahli waris yang dimaksud datang agar lebih jelas.
“Sebaiknya kita tunggu saja, sampai ahli warisnya datang,” kata Nuril.
Burhan dan Maisaroh semakin penasaran. Namun, tidak berani bertanya lebih lanjut. Suasana hening sejenak, hingga datang seorang pemuda ahli waris dari makam yang rusak.
“Assalaamu ‘alaikum, Pak Nuril memanggil saya? Apakah ada sesuatu dengan makam keluarga saya, Pak?” tanya pemuda tersebut dengan sopan.
“Benar, duduklah Bayu biar Bapak dan Ibu ini yang menjelaskan,” jawab Nuril.
Spontan Burhan dan Maisaroh kaget mendengar Nuril menyebut pemuda itu dengan nama Bayu. Seketika ingat dengan apa yang dikatakan oleh Alisa. Jika kekasihnya bernama Bayu dan tinggal di kampung Beningan.
“Apakah ini Bayu yang dimaksud oleh Alisa? Anaknya memang baik dan sopan kelihatannya. Namun, kenapa dalam perjalanan mendapat isyaroh yang tidak baik sampai mobil masuk ke makam?” tanya Burhan dalam hati.
Sementara Maisaroh menatap Bayu dari ujung kaki hingga ujung rambutnya. Saat memandang wajah Bayu, Maisaroh merasakan sebuah getaran yang tidak dapat diungkapkan.
“Siapa anak ini, kenapa aku sampai berdebar. Apakah ini Bayu yang dimaksud Alisa?” batin Maisaroh.
“Bapak, Ibu ada apa? Apakah Ibu mengenali saya sebelumnya?” tanya Bayu.
“Oh tidak nak, sebenarnya Ibu mau minta maaf,” jawab Maisaroh.
“Maaf? Maaf untuk apa Bu, kan kita juga baru bertemu dan tidak pernah bermasalah sebelumnya,” jawab Bayu yang heran dengan perkataan Maisaroh.
“Aku gak tahu harus cerita dari mana, Nak Bayu. Namun, intinya kami mengalami kecelakaan yang aneh,” kata Burhan.
Kemudian Burhan menceritakan apa yang telah dialami bersama Maisaroh istrinya. Menjelaskan sesuatu yang tidak masuk akal memang agak sulit. Bayu pun seperti tidak percaya dengan cerita tersebut.
“Innalillahi,kalau sampai mobil Bapak dan Ibu masuk ke makam hancur dong,”kata Bayu.
“Tidak penting Nak, yang jelas Kami siap bertanggung jawab atas kerusakan makam kedua orang tuamu dan adikmu,” kata Burhan.
“Sama sekali saya tidak akan menuntut, Pak, Bu. Apalagi itu kecelakaan, kebetulan besok adalah peringatan seribu hari ibu saya. Jadi memang akan kami perbaiki,” jawab Bayu.
“Sekarang mobil Bapak masih di atas makam makam tersebut. Izinkan kami membacakan doa untuk mereka,” kata Burhan.
Bayu pun mengantar Burhan dan Maisaroh sekaligus membuktikan sendiri kecelakaan yang dialami Burhan dan Misaroh.
Sesampainya di lokasi, Bayu terperanjat. Menyaksikan pemandangan yang tidak masuk akal. sebuah mobil berada tepat di atas makam kedua orang tuanya dan adiknya.
Saat Burhan dan Maisaroh diperlihatkan makam orang tua Bayu dan adiknya yang mana. Mereka kaget melihat nisan adik Bayu, sepintas mereka membaca nisan tersebut atas nama Alisa. Namun, Bayu mengatakan jika itu bukan Alisa melainkan nama adiknya adalah Anisa.
…