Oleh: Abu Alfin17
“Lisa? Apa benar Kamu juga mencintai Bayu?” tanya Arsyita kepada Alisa.
“Kenapa Kamu bertanya begitu, Syita? Apa Kamu juga mencintai Bayu?” tanya balik Alisa kepada Arsyita.
Alisa dan Arsyita adalah teman satu kampus. Mereka berteman akrab selama sekian tahun. Bahkan, keduanya selalu tolong menolong dalam segala hal. Baik dalam urusan finansial maupun dalam urusan lain. Termasuk dalam hal mengerjakan tugas-tugas kampus.
Sejak keduanya bertemu dengan Bayu, hubungan mereka sedikit renggang. Dua gadis tersebut sama-sama mencintai Bayu seorang pemuda yang sudah bekerja di sebuah perusahaan dan memiliki kegiatan lain sebagai penulis cerita horor.
“Jujur, Alisa aku memang menyukai Bayu juga. Namun, aku tak ingin bersaing apalagi bermusuhan denganmu,” kata Arsyita.
“Kenapa baru bilang sekarang, disaat kami sudah mengikat janji, Syita!” seru Alisa.
“Jadi kalian sudah jadian?” tanya Aryita.
“Iya, baru sekitar dua minggu ini dia menyatakan cintanya padaku. Maafkan aku Syita,” jawab Alisa.
Arsyita tampak kecewa, lelaki yang dicintainya ternyata sudah menjadi kekasih Alisa sahabat dekatnya. Namun, Arsyita tidak mau menunjukkan kekecewaannya di depan Alisa.
“Selamat Lisa, semoga Kamu bahagia bersama Bayu,” kata Arsyita.
Alisa justru merasa bersalah, karena Arsyita yang memperkenalkan Bayu kepadanya. Namun, Alisa menganggap Bayu dan Arsyita hanya teman biasa bukan sepasang kekasih.
“Jujur Syita, Kamu dan Bayu sebelumnya sudah ada ikatan atau belum? Aku tidak ingin merusak hubungan kalian, jika kalian sudah ada ikatan,” kata Alisa.
“Tidak, mungkin karena aku yang terlalu berharap. Sementara Bayu hanya menganggapku teman biasa,” jawab Arsyita.
“Apa Kamu merasa sakit hati kalau aku berpacaran dengan Bayu?” tanya Lisa.
“Tidak Lisa, aku tidak punya hak sakit hati. Bayu punya hati dan hatinya sudah diberikan padamu,” jawab Syita.
“Maafkan aku Syita, entahlah kenapa aku bisa jatuh cinta dengan Bayu,” kata Lisa.
“Jalani saja dulu Lisa, soal jodoh kita gak tahu,” sahut Arsyita.
Kedua sahabat itu saling berpelukan, masing-masing sibuk dengan lamunan. Arsyita mencintai Bayu dengan tulus, tapi ternyata Bayu lebih memilih Alisa sahabatnya. Arsyita tidak bisa menyalahkan Alisa, tapi dalam hati kecilnya tetap berharap Bayu akan menjadi miliknya.
…
Sesampainya Alisa di rumah, dia banyak melamun di kamar. Burhan dan Maisaroh orang tua Alisa sampai bingung. Alisa yang biasanya ceria dan terbuka dengan kedua orang tuanya mendadak jadi pendiam. Seakan bukan Alisa yang dikenalnya selama ini.
“Alisa, keluarlah kenapa Kamu, nak?” tanya Maisaroh dari luar kamar Alisa.
“Gapapa Bu, mungkin capek saja banyak tugas di kampus,” jawab Alisa.
“Alisa, keluarlah Bapak dan Ibu mau bicara!” seru Burhan ayah Alisa.
“Sebentar Pak, Alisa baru membuat menyelesaikan tugas,” jawab Alisa berbohong. Dia hanya ingin menyendiri. Karena bingung harus menentukan sikap seperti apa dengan Arsyita dan Bayu.
“Lanjutkan nanti saja, ini ada hal penting yang harus Bapak dan Ibu katakan,” kata Burhan.
Dengan terpaksa, alisa keluar dari kamar memenuhi panggilan Burhan dan Maisaroh. Namun, sebelumnya Alisa mengusap air matanya yang terus menetes. Dia bingung harus memilih sahabat atau kekasih.
“Ada apa, Pak, Bu? Apakah Alisa punya salah?” tanya Alisa.
“Tidak Nak, Bapak dan Ibu hanya ingin ngobrol saja. Sudah lama kita tidak bicara bertiga,” jawab Maisaroh.
Kemudian Burhan dan Maisaroh mengajak Alisa ke ruang tengah, tempat mereka biasa berkumpul dan bicara internal. Alisa merasa ada sesuatu yang aneh dari sikap kedua orang tuanya.
“Sepertinya Bapak dan Ibu menyembunyikan sesuatu. Gak mungkin beliau tahu masalah aku dan Arsyita. Karena baru tadi saling bicara terbuka,” batin Alisa.
Alisa adalah anak semata wayang Burhan dan Maisaroh. Sehingga perhatian mereka begitu besar kepada Alisa. Perubahan sekecil apapun pada diri Alisa tidak pernah luput dari pengamatan mereka.
“Alisa, beberapa hari terakhir ini Kamu sering mengigau. Apakah Kamu bermimpi buruk atau sedang dalam masalah?” tanya Burhan.
Alisa tercengang mendengar pertanyaan Burhan. Semula mengira akan bertanya kenapa mengurung diri di kamar saja. Namun, ternyata yang ditanyakan soal lain dan dianggap hal biasa dialami seseorang. Tentang mimpi yang membuat Alisa sampai ketakutan dan mengigau.
“Alisa tidak punya masalah Pak, Bu. Memang beberapa hari terakhir sering mengalami mimpi buruk saja,” jawab Alisa.
“Mimpi buruk apa saja, kenapa hampir setiap malam Kamu mengigau sampai menjerit histeris,” kata Burhan.
“Entahlah Pak, tapi mimpi itu selalu sama setiap Alisa tidur,” jawab Alisa.
“Apa Kamu sedang memikirkan sesuatu hingga terbawa mimpi?” tanya Maisaroh.
“Gak Bu, sama sekali mimpi itu tidak pernah terlintas dalam pikiran Alisa,” jawab Alisa.
“Memangnya mimpi apa dalam tidurmu Alisa?” tanya Maisaroh.
“Mimpinya sangat aneh, dalam mimpi Alisa selalu didatangi sosok perempuan dan selalu memarahi Alisa sampai Alisa ketakutan,” jawab Alisa.
“Perempuan marah marah padamu, apa Kamu kenal perempuan dalam mimpi itu, Alisa?” tanya Burhan.
“Sama sekali tidak, bahkan bertemu pun belum pernah,” jawab Alisa.
“Makanya jangan lupa berdoa dulu kalau mau tidur,” kata Maisaroh.
“Sudah Bu, Alisa selalu berdoa sebelum tidur tapi tetap saja didatangi perempuan itu dalam mimpi setiap malam,” jawab Alisa.
“Setiap malam? Apakah Kamu selalu mengalami mimpi yang sama setiap malam, Lisa?” tanya Burhan kaget.
Burhan beranggapan, mimpi yang terjadi secara kontinyu dan selalu sama bukanlah mimpi biasa. Namun, merupakan sebuah perlambang atau petunjuk akan terjadinya sesuatu. Baik Burhan maupun Maisaroh jadi penasaran dengan mimpi yang dialami Alisa. Sementara Alisa sendiri justru lebih memikirkan tentang Bayu dan Arsyita sahabatnya.
Alisa merasa berada di sebuah persimpangan jalan yang sulit menentukan mau berbelok ke arah mana. Harus memilih antara sahabat dan orang yang dicintainya. Alisa sangat mencintai Bayu, tapi tidak ingin Arsyita sahabatnya sakit hati.
“Iya Pak, entahlah Alisa juga gak tahu. Semoga saja hanya sekadar mimpi biasa,” jawab Alisa.
“Itu bukan sekadar mimpi biasa, Alisa. Mimpi yang merupakan bunga tidur tidak akan berulang terus!” jawab Burhan.
“Tapi kenyataannya mimpi itu bisa berulang dan Alisa sama sekali tidak kenal dengan wanita dalam mimpi itu, Pak, Bu!” seru Alisa.
“Saat Kamu terbangun dari mimpi itu, kamu perhatikan tidak jam berapa saat Kamu tersadar?” tanya Burhan.
“Gak lah Pak, mana sempat lihat jam yang ada Alisa ketakutan tiap bangun dari mimpi,” Jawab Alisa.
“Gak harus pasti jam berapa, soalnya Bapak dan Ibu selalu mendengar Kamu berteriak menjelang subuh,” kata Burhan.
“Memang, setiap kali Alisa bangun tak dapat tidur lagi. Tak berselang lama kemudian terdengar adzan subuh, Pak!” jawab Alisa.
Burhan dan Maisaroh terdiam, mereka saling berpandangan satu sama lain. Alisa memperhatikan Burhan dan Maisaroh orang tuanya seperti merasa cemas. Namun, apa yang dicemaskan Alisa tidak tahu.
“Kenapa Bapak dan Ibu jadi bengong dan saling pandang begitu?” tanya Alisa ketika kedua orang tuanya hanya diam dan saling pandang saja.
“Begini Alisa, Bapak dan Ibumu ini kan asli orang jawa. Menurut perhitungan jawa, mimpi menjelang pagi itu biasanya jadi sebuah pertanda. Apalagi sampai berulang begitu,” jawab Burhan.
“Pertanda? Pertanda apa Pak Bu?” tanya Alisa.
Kemudian Burhan menjelaskan pembagian mimpi menurut kepercayaan Jawa. Mimpi dibagi menjadi tiga menurut waktunya. Pertama disebut puspo yoni, jika mimpi terjadi sore hari. Itu merupakan mimpi biasa atau bunga tidur, yang kedua adalah Gondoyoni, atau mimpi antara jam sepuluh sampai jam satu dini hari. Sedangkan yang ketiga adalah puspo tajem, mimpi yang terjadi sebelum menjelang subuh atau sepertiga malam terakhir. Menurut kepercayaan orang jawa, mimpi yang ketiga itu biasanya merupakan pertanda akan terjadinya sesuatu.
“Ah masa iya sih, mimpi saja sampai dibuat klasifikasi seperti itu, Pak!” seru Alisa.
“Boleh percaya boleh tidak, tapi Bapak sudah sering membuktikan hal itu, Alisa. Coba ceritakan secara detail mimpi yang Kamu alami itu sekarang!” seru Burhan.
Alisa hanya terdiam, dia jadi bimbang. Kalau diceritakan secara jujur akan ketahuan jika Alisa sudah menjalin hubungan dekat dengan seorang laki-laki. Meskipun Alisa tetap menjaga diri sebagai seorang wanita. Bahkan, Bayu kekasihnya juga tidak pernah berbuat yang macam-macam. Jika bertemu pun mereka hanya ngobrol biasa tidak sampai berbuat yang diluar batas. Namun, Alisa tidak berani mengatakan jika dalam mimpi didatangi sosok perempuan dan melarang Alisa berpacaran dengan Bayu.
…