Oleh: Zunia Zuny
“Aku ….” Nicho memandang Marco dengan perasaan yang sulit dijelaskan.
“Cella adalah gadis baik, cantik, pintar dan dia menyukaimu,” jujur Marco.
“Ha ha ha, Daddy bercanda, ya.”
Auwh.
Marco mengacak acak rambut kepala Nicho. “Tentu saja Daddy serius. Dia menyukaimu, dari pertama kalian bertemu, terus memikirkanmu sampai saat ini. Mommy, Daddy juga menyukainya.”
“Apa?”
Nicho semakin cemas dan Marco berusaha mendesaknya. “Kenapa?”
“Karena …. Aku tak menyukainya.”
“Come on Boy. Kamu belum mencobanya tapi sudah mengatakan tak bisa. Dengar ya, sesuatu yang belum dicoba, kita tak akan tahu hasilnya.”
Nicho diam tak bersuara, terlalu rumit berdamai dengan hatinya sendiri.
Marco menatap gedung pencakar langit di depannya.
“Daddy gagal menikah tiga kali sebelum bertemu Mommy Catlyn. Saat itu Mommy mu sendiri yang menyerahkan diri karena mencintai Daddy dan aku menerima begitu saja meski aku tak mencintainya. Namun melihat keberaniannya menyerahkan diri beserta mahkotanya, membuat aku berfikir ulang. Awalnya aku pikir dia sama seperti jalang lainnya dan daddy meniduri Mommy tanpa ada rasa cinta. Saat tahu Mommy masih menjaga kesucian dan mempersembahkan untukku, aku merasa berdosa jika meninggalkannya. Karena malam itulah, Daddy secara tak langsung terikat hubungan dengannya, lambat laun Daddy mencintai Mommy Catlyn.”
Nicho sungguh terkejut dengan Marco yang menceritakan kehidupan asmaranya.
“Ja- jadi Dad. Kalian melakukan hubungan …, di luar nikah?”
Marco mengangguk.
“Daddy merasa harus bertanggung jawab karena merenggut kesucian Mommy?” tanya Nicho ragu.
“Tentu saja, Son.” Marco menghela nafas berat. “Untuk itulah Daddy menceritakan kisahku padamu, bahwa kamu bisa belajar mencintai seseorang yang bahkan kamu tak mencintainya. Dan kamu jangan sekali kali melakukan hubungan semalam sepertiku. Jangan meniru keburukanku!?”
“Terlambat Dad.”
“Apa?!” tanya Marco tak mengerti.
“Ah itu …. Em, aku …, aku terlambat menjemput Mommy dan si kembar,” bohong Nicho, berharap ayahnya tak mencurigai ucapannya. “Ya aku terlambat menjemput mereka.”
Nicho segera mengambil ponsel dan mulai menghubungi Catlyn.
[Halo Mommy, kalian di mana? Aku akan menjemput kalian.]
Catlyn menoleh pada kedua anaknya dan Dilon sedang sibuk memilih baju.
[Kami masih memilih baju di mall dekat tempat klinik kecantikan Dokter Alexa. Apakah kamu mau menjemput Mommy?]
Nicho melirik Marco sekilas.
[Tentu saja Mom, aku akan menjemputmu.]
[Baiklah, datanglah kemari. Aku juga akan mempertemukanmu dengan seseorang.]
[Siapa?]
[Rahasia. Nanti kamu akan senang bertemu dengannya.]
[Oke Mom, aku segera ke sana.]
Panggilan berakhir.
Nicho penasaran, siapa yang akan dipertemukan dengannya.
“Ada apa?” tanya Marco sambil menepuk pundak karena Nicho melamun.
“Ah tidak ada. Daddy aku akan menjemput Mommy.” Nicho bersiap pergi dan berjalan keluar ruangan.
“Tunggu!”
Nicho berhenti dan berbalik membuat Marco segera mendekat. “Mengenai apa yang Daddy ceritakan hari ini, aku harap jadi rahasia kita berdua Son.”
Nicho mengangguk dan kembali melangkahkan kaki meninggalkan kantor.
Saat melewati ruangan Cella, Nicho memandang dengan tatapan sayu, merasa kasihan padanya.
‘No Nicho, No. Meski dia mencintaimu dan kamu menyukainya, kamu harus bertanggung jawab pada Lily,’ batin Nicho pergi dengan langkah mantap.
***
“Tuan Alex. Ini jadwal Anda untuk tiga hari ke depan.”
Alex menerima lembaran kertas dari asisten dan membacanya.
“Besok malam, pertemuan relasi beberapa perusahaan besar ya,” ucap Alex tertarik.
“Benar, Tuan.”
“Oke, mari kita lihat daftar perusahaan yang hadir, apakah perusahaan Marco ada?”
Alex meneliti satu persatu dan ternyata, “ada, aku menemukannya”.
Senyuman smirk tercipta menandakan kebahagiaan, tak sabar bertemu dengan Marco dan mengambil hatinya. “Semoga saja besok Lila ikut hadir di acara tersebut.”
Alex mengambil ponsel dan menghubungi Lila namun tak tersambung.
“Ke mana sih gadis jutek ini,” umpat Alex kesal, merasa jika Lila berusaha menjauhinya. “Awas saja kamu, jika aku tahu kamu membohongiku, aku tak segan segan menculikmu.”
Mengingat kejadian malam itu, Alex penasaran dengan hubungan Lila pada Lily. Di buka laptop dan mencari tahu data diri tentang Lily. Dia sungguh penasaran, gadis seperti apa seorang Lily, wanita yang hampir ditiduri.
“Jika saat itu aku meniduri Lily, mungkinkah aku bisa santai seperti sekarang? Pasti aku akan merasa bersalah karena salah orang,” ucap Alex menggeleng.
“Kasihan sekali, jika aku menuruti rencana Lila, apakah Lily mau menerimaku? Dia pasti membenciku?” pikirnya jauh melayang.
Sedangkan Lily, dia tengah sibuk bersama keluarga, menikmati setiap momen yang begitu indah yang mungkin, suatu saat nanti dia tak bisa melakukannya lagi.
Akh.
Tiba tiba seseorang memeluk Catlyn dari belakang membuatnya terkejut setengah mati.
“Nicho.”
“Ups, maaf Mommy.”
Nicho melepas pelukan, mengedarkan ke penjuru mall. Tatapannya tertuju pada seorang gadis yang kini sibuk memilih sepatu. Segera dia datang menghampiri, melihat gadis itu kesulitan, Nicho duduk bertumpu satu kaki dan mulai memasang sepatu di kaki mulus sang adik. Kebetulan Lily memakai celana jeans pendek.
“Kak Nicho, aku bisa sendiri,” ucap Lily merasa tak nyaman.
“Sudah selesai.”
Tiba tiba, “prok prok prok”.
Tepukan tangan seseorang membuat Lily dan Nicho menoleh ke arahnya.
“Waw, kamu sungguh perhatian sebagai kakak laki laki ya,” ucap Dilon membuat Nicho tercengang. “Dilon.”
Segera di dekati Dilon. “Jadi dia orangnya Mom?” tanya Nicho pada ibunya.
“Iya. Kenapa? Kamu tak bahagia melihatnya?”
Nicho tersenyum sangat manis. “Tentu saja Mom, aku sangat bahagia.”
Nicho segera memeluk Dilon.
“Kenapa ke sini tak memberitahuku?”
Nicho kesal pada Dilon. Mereka selalu berkomunikasi via internet, sosmed namun Dilon ke sini, Nicho tak dikabari.
“Maaf bro, aku tak sempat menghubungimu.”
“Kamu memang menyebalkan Dilon. Aku merasa bukan lagi sahabatmu,” keluh Nicho. “Tunggu aku di sini dan jangan ke mana mana. Ada hal penting yang ingin aku bicarakan,” ucap Nicho.
“Apa itu?”
“Nanti aku jelaskan. Ok!”
Nicho mengantar Catlyn dan adik adiknya pulang, setelah itu dia menemui Dilon di sebuah taman pinggir pantai.
“Maaf menunggu lama, Lila banyak sekali barang bawaan sehingga membuatku kesal,” keluh Nicho saat duduk di samping Dilon.
“It’s ok. Santai saja kawan. Aku mengerti apa yang kamu rasakan saat ini.”
“Terima kasih sahabatku.”
“By the way Nicho, kau menyukai Lily kan?” tuduh Dilon.
“A-apa maksudmu Dilon?”
Dilon langsung tertawa, “ha ha ha.”
“Kau bisa membohongi semua orang termasuk orang tuamu tapi kamu tak bisa berbohong dariku Nicho.
Seketika hening, tak ada jawaban. Nicho tak bisa lagi mengelak tuduhan, sahabatnya itu tahu semua kartu As miliknya.
“Kami saudara, Dilon.”
“Ha ha ha.”
Nicho menatap heran karena Dilon tertawa cukup keras. “Saudara katamu? Ingat Nicho, kamu adalah anak angkat Marco dan Bibi Catlyn. Jika di bilang saudara, akulah saudara mereka yang sebenarnya.”