Oleh: RD Banjar
“Meyli, kembalikan tasku,” pinta Chalse yang berusaha mengambil balik tas miliknya yang diambil oleh gadis bernama Meyli itu.
“Kalau lo sangat menginginkan tas jelek ini, baiklah. Nih,” kata Meyli yang menjinjing tas Chalse tinggi.
Baru saja dia menyentuhnya Meyli melemparnya kepada Monika, temannya.
“Kenapa kalian suka banget sih gangguin gue?” keluhnya pada geng Meyli.
“Karena lo itu miskin. Dan orang miskin adalah mainan kita. Ya gak guy’s?” ujar Dodo yang diiyakan oleh temannya yang lain.
Chalse, siswi sederhana kelas X IPA A1 SMA Tunas Mandiri, menjadi korban perundungan karena gaya berpakaiannya yang sederhana. Perundungan, mulai dari yang ringan hingga yang menyakitkan, dilakukan oleh Meyli, Dodo, Dimas, Monika, dan Bayu. Seperti halnya hari ini, di mana mereka merampas tas baru miliknya, yang baru dibelinya kemarin setelah tas sebelumnya dihancurkan. Chalse pun hanya bisa pasrah, tak mampu melawan.
“Guys. Kalo diberhentikan, nih tas cupu kayaknya baru beli,” kata Monika yang memperhatikan tas Chalse sambil dijinjing.
“Coba gue liat,” sambut Dimas dan merampas benda itu dari tangan Monika.
Dimas memperhatikan tas itu seksama sembari memutar-mutarnya. Chalse yang melihat itu hanya bisa harap-harap cemas, karena ia takut jika tasnya akan dirusak lagi.“Di mana lo belinya?” tanya Bayu yang menatapnya datar dengan bersedekap dada.
“Di-di pasar,” gugupnya karena takut. Sebab, diantara mereka berlima hanya Bayu orang yang paling ia takuti.
“Ck, paling juga harganya 50 ribuan,” tebak Dodo yang melihat tas tersebut.
Unduh aplikasi untuk lanjut membaca
